Sederet Ketidakpastian Masih Akan Terjadi di 2021, Ngeri!

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
29 July 2020 07:25
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat Pelantikan Gubernur Kepulauan Riau. (Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas)
Foto: Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Jokowi menyampaikan bagaimana memburuknya situasi ekonomi dunia akibat pandemi Covid-19. Ibaratnya, kondisi ini seperti awan buruk yang menyelimuti sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia,

"Hampir semua negara. 215 negara mengalami hal yang sama seperti kita. Yang kecil sulit, yang tengah sulit, yang gede sulit. Sesuatu yang tidak mudah," jelasnya.



Di depan para menteri, Jokowi menegaskan situasi perkembangan ekonomi dunia masih dinamis dan penuh ketidakpastian. Indonesia, pun bisa kapan saja terseret ke dalam arus pergerakan tersebut.

"Saya ingin ingatkan bahwa situasi ekonomi global berkembang sangat dinamis, penuh dengan ketidakpastian," kata Jokowi.

Situasi tersebut, kata Jokowi, telah terlihat dari sejumlah lembaga keuangan internasional yang kerap kali mengubah proyeksi terbarunya atas pertumbuhan ekonomi global di tahun 2020 maupun 2021.



"Artinya, sekali lagi ini masih penuh dengan ketidakpastian," kata eks Gubernur DKI Jakarta itu.

Pada 2021, lembaga keuangan internasional seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, maupun OECD kompak memproyeksikan ekonomi dunia akan mengalami perbaikan yang cukup menggembirakan.

"IMF memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 5,4%. Ini sebuah perkiraan yang sangat tinggi menurut saya. Bank Dunia 4,2%, OECD 2,8% - 5,2%. Saya kira kalau perkiraan ini betul, kita akan berada pada posisi ekonomi yang juga mestinya di atas pertumbuhan ekonomi dunia," ujarnya.

Jokowi menegaskan dalam situasi krisis seperti ini belanja negara memegang peranan penting untuk menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi.

"Dalam situasi krisis seperti ini, belanja pemerintah menjadi instrumen utama untuk daya ungkit," kata Jokowi.

Jokowi memahami bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya berkontribusi terhadap kurang lebih 14,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, saat ini hanya belanja negara yang bisa diandalkan.

"Untuk sektor swasta, UMKM bisa pulih kembali. Mesin penggerak ini harus diungkit dari APBN yang terarah dan tepat sasaran," katanya.

Pandemi Covid-19 memang masih akan terasa efeknya hingga 2021. Hal ini menjadi pertimbangan pemerintah untuk menetapkan RUU APBN dan Nota Keuangan 2021.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sederet ketidakpastian yang masih akan tinggi di tahun 2021 nanti.

"Satu, mengenai kecepatan dan kemungkinan penanganan covid di seluruh dunia. Yakni pengendalian covid apakah benar-benar bisa terkendali menjadi mendatar atau menurun," tegas Sri Mulyani.

Dan kemudian, menurut Sri Mulyani, munculnya vaksin untuk covid-19 ini, akan sangat menentukan langkah dan pola pemulihan tahun 2021.

Yang kedua, yang mempengaruhi juga proyeksi tahun depan adalah global economic recovery. Recovery atau pemulihan ekonomi global ini juga sangat tidak pasti akibat covid lagi."

"Saat ini beberapa lembaga internasional perkirakan pemulihan ekonomi akan cukup cepat untuk tahun depan. Dengan asumsi tahun ini menurunnya sangat tajam, namun kita melihat bahwa lembaga-lembaga tersebut terus menerus melakukan revisi pemulihan ekonomi 2020-2021," katanya.

Sehingga pemulihan ekonomi dunia, sambungnya juga diperkirakan masih tidak pasti. "Bisa strong rebound, bisa sifatnya moderate," ujarnya.

Yang ketiga, lanjut Sri Mulyani yang mempengaruhi juga adalah ekonomi RI sendiri. Di mana pemulihannya sangat tergantung pada penanganan covid terutama pada semester II-2020.

"Kalau penanganannya efektif, dan berjalan seiring dengan pembukaan aktivitas ekonomi, maka kondisi ekonomi bisa recover pada kuartal III-2020 dengan positive growth 0,4 persen dan pada kuartal IV akan akselerasi ke 3 persen. Kalau itu terjadi, maka pertumbuhan ekonomi kita secara seluruh tahun (2020) akan bisa tetap di zona positif," jelasnya.

"Inilah yang sedang terus diupayakan oleh pemerintah untuk tekankan kepada semua menteri dan pemda agar kita tetap berada di skenario di mana pemulihan ekonomi tetap bisa berjalan pada zona positif di kuartal 3 antara 0-0,4 dan kuartal IV pada zona positif lebih tinggi antara 2-3 persen. Sehingga total perekonomian kita masih bisa tumbuh positif di atas nol persen untuk tahun 2020 ini."


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Beri Bocoran Soal Prabowo & Sri Mulyani, Makin Mesra?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular