Indikator 'Pemulihan V' AS Muncul di Durable Goods, Palsukah?

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
27 July 2020 21:30
Kapal Ekspor Manufaktur Indonesia Siap Berangkat ke AS
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Amerika Serikat (AS) mengindikasikan sinyal pemulihan dari lonjakan data pesanan barang tahan lama (durable goods) sektor manufaktur, pada Senin (27/7/2020) pagi waktu setempat. Sinyal palsu yang terlalu dini?

Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan barang tahan lama-yang umur pemakaiannya minimal 3 tahun-naik 7,3% pada Juni, setelah sempat naik 15,1% pada Mei. Pemesanan barang inti, yang mengecualikan pesanan pesawat dan alat utama sistem persenjataan (alutsista), naik 3,3%.

Pemesanan otomotif dan suku cadangnya melonjak 85,7% pada Juni, setelah pada Mei menguat 28,28%. Kenaikan pesanan juga terjadi pada barang logam, mesin, alat listrik, dan peralatan komunikasi meski masih di bawah level sebelum pandemi.

Data pesanan barang tahan lama merupakan salah satu indikator kestabilan ekonomi AS. Semakin tinggi angka pemesanannya, maka ekonomi diperkirakan masih ekspansif karena para produsen barang yakin kondisi akan baik-baik saja.

Sebaliknya ketika resesi mengintai, biasanya pelaku usaha dan juga masyarakat mengerem belanja mereka. Pelaku usaha bakal memangkas biaya investasi barang modal, sementara masyarakat merealokasikan belanja untuk barang konsumsi sehari-hari.

Namun, perlu dicatat, data pesanan ini sangat volatil karena pembatalan pesanan bisa berlangsung setiap saat mengikuti strategi ekspansi perusahaan-perusahaan manufaktur tersebut.

Selain itu, pesanan barang tahan lama ini juga dipengaruhi stimulus dan pelonggaran ekonomi. Jelang krisis finansial pada Desember 2007, pesanan barang tahan lama naik berkat pemangkasan pajak dan kebijakan moneter longgar bank sentral AS.

Namun, angka itu terus menurun hingga menyentuh level terendahnya (sejak 1996) pada April 2009 setelah krisis subprime mortgage loan menghajar perekonomian AS selama 2008 dan mereda pada semester kedua 2009.

sSumber: Biro Sensus AS

Saat ini, pemerintah AS masih terus mengucurkan stimulus, sementara bank sentral AS telah memangkas suku bunga mendekati nol persen pada 0%-0,25%. The Fed juga terus memborong obligasi pemerintah AS dan obligasi swasta untuk memasok likuiditas di pasar.

Stimulus terbaru bakal muncul dalam beberapa pekan ke depan, setelah pada Minggu Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa Partai Republik telah memfinalkan paket stimulus yang bernilai US$ 1 triliun tersebut.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow memberikan bocoran akan ada santunan tunai US$ 1.200 yang dibagikan pada mereka yang membutuhkan. Selama konsumsi masyarakat terjaga, sektor manufaktur pun terus beroperasi untuk memenuhi permintaan yang ada.

Untuk memastikan bahwa sinyal ini bukan false alarm, kita perlu memantau tren pesanan tersebut setidaknya sebulan ke depan untuk melihat apakah pelaku usaha masih mengkhawatirkan gelombang kedua penyebaran virus corona.

Jika gelombang kedua diyakini aman, pesanan barang modal akan jalan terus, mengindikasikan ekonomi bakal bergulir menuju ekspansi dengan bayang-bayang resesi kian mengabur.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular