Internasional

Duh, Utang Rumah Tangga Korsel Capai 97,9% dari PDB Negara

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 July 2020 15:53
People wearing face masks to help protect against the spread of the new coronavirus listen to a speech of the main opposition United Future Party's candidate Hwang Kyo-ahn during his campaign for the upcoming parliamentary elections in Seoul, South Korea, Monday, April 13, 2020. The elections will be held on April 15 about 14,300 polling stations at all over the nation to pick lawmakers. (AP Photo/Ahn Young-joon)
Foto: Kampanye Pemilu Korsel di Tengah Covid-19 (AP/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC IndonesiaUtang rumah tangga Korea Selatan adalah salah satu yang tertinggi di dunia jika dibandingkan dengan ukuran ekonomi Negeri Ginseng tersebut.

Sebuah laporan pada Senin (20/7/2020) menunjukkan bahwa utang rumah tangga Korsel tumbuh pada tingkat tertinggi dalam tiga bulan pertama tahun ini.



Pada akhir Maret lalu, utang rumah tangga Korea Selatan mencapai 97,9% dari produk domestik bruto (PDB), tertinggi di antara 39 negara yang ditinjau oleh Institute of International Finance (IIF) yang berbasis di Amerika Serikat.

Angka ini di bawah Inggris (84,4%), Hong Kong (82,5%) dan Amerika Serikat (75,6%).

Selain itu, laporan IIF menambahkan, utang rumah tangga Korsel juga tumbuh pada salah satu tingkat tertinggi, menambahkan 5,8 poin persentase dari tiga bulan sebelumnya pada kuartal pertama.



Sedangkan Hong Kong menambahkan 9 poin persentase ke rasio utang terhadap PDB rumah tangga selama periode yang sama, diikuti oleh China dengan 6,4 poin persentase.

Peningkatan utang rumah tangga Korsel yang cukup tajam seperti itu dipicu oleh ekonomi negara yang terhuyung-huyung akibat pandemi global virus corona (Covid-19).

Bank of Korea (BOK) sebelumnya mengatakan utang rumah tangga Korsel tumbuh pada tingkat paling lambat dalam satu tahun pada kuartal pertama, bertambah hanya 11 triliun won atau setara Rp 135,8 triliun (asumsi Rp 12.35/won) dari tiga bulan sebelumnya, menjadi 1.611,3 triliun won pada akhir Maret lalu.

Di sisi lain, GDP Korsel diperkirakan telah menyusut 1,3% dari tiga bulan sebelumnya pada periode Januari-Maret, menandai kontraksi on-quarter terbesar dalam lebih dari satu dekade, menurut BOK.

Akibat kemerosotan yang disebabkan oleh pandemi, tidak sedikit perusahaan Korsel meningkatkan pinjaman mereka pada tingkat yang mengkhawatirkan.

Pada akhir Maret, utang yang belum terbayar dari bisnis non finansial di sini mencapai 104,6 persen dari PDB Korsel, naik 7,4 poin persentase dari tiga bulan sebelumnya, menurut laporan IIF.

Rasio utang terhadap PDB adalah yang tertinggi ketujuh di antara 39 negara yang disurvei oleh IFF, sementara tingkat kenaikannya berada di level tertinggi keempat.

Namun, Pemerintah Korsel bernasib lebih baik daripada negara lain, dengan keseluruhan utangnya mencapai 41,4% dari PDB atau naik 2 poin persentase dari tiga bulan sebelumnya.

Sedangkan rasio utang Korsel berada di posisi ke-28 di antara 39 negara, dengan tingkat kenaikan tertinggi yang berada di posisi ke-23.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemulihan Daya Beli, Tekan Utang Rumah Tangga & Korporasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular