Investasi Hulu Migas RI Diramal Jeblok 16% Jadi US$ 11,6 M

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
17 July 2020 17:45
Kilang Cilacap merupakan salah satu kilang minyak terbesar di Indonesia
Foto: Ilustrasi kilang minyak (Dokumentasi CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC IndonesiaSatuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan realisasi investasi hulu minyak dan gas tahun ini sebesar US$ 11,60 miliar. Nilai itu jauh di bawah target yang ditetapkan SKK Migas, yaitu US$ 13,83 miliar.

Sementara itu, sampai dengan semester I-2020, SKK Migas melaporkan realisasi investasi hulu migas baru mencapai US$ 4,7 miliar atau 34% dari target tahun ini. Semua itu tak lepas dari faktor harga minyak dan gas hingga pandemi Covid-19 yang berdampak ke sektor hulu migas.

Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto menjelaskan SKK Migas berupaya agar ada investasi-investasi tambahan yang bisa direalisasikan kontraktor kontak kerja sama (KKKS) sebesar US$ 510 juta.

"Sehingga dari dua hal ini outlook 2020 adalah US$ 11,6 miliar dan ini berarti turun 16%. Jadi memang kita turun," kata Dwi dalam keterangan pers secara virtual, Jumat (17/7/2020).

Kendati demikian, Dwi mengatakan investasi hulu migas nasional masih lebih baik jika dibandingkan dengan investasi hulu migas global. Tren investasi hulu migas global terjadi penurunan sebesar 30% dari rencana awal US$ 325 miliar turun menjadi US$ 228 miliar.



Ke depan, Dwi mengungkapkan ada sejumlah faktor yang dapat mendorong investasi hulu migas nasional. Mulai dari stabilitas ekonomi, perbaikan aturan, iklim investasi dan sejumlah faktor lainnya.

SKK Migas juga melaporkan produksi migas sampai dengan semester I-2020 mencapai 1,94 juta barel setara minyak per hari (MBOEPD). Perinciannya produksi minyak sebesar 720,2 ribu barel minyak per hari (BOPD) dan produksi gas sebesar 6.830 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Lalu lifting migas mencapai 1.714 MBOEPD dengan perincian lifting minyak sebesar 713,3 ribu BOPD, atau 94,5% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) original yang ditetapkan sebesar 755 ribu BOPD. Sedangkan lifting (salur) gas sebesar 5.605 MMSCFD, atau 84% dari target APBN Original sebesar 6.670 MMSCFD atau tercapai 84 persen.

"Saya kira untuk kurun waktu sejak 2000-an ini adalah kejatuhan yang paling dalam harga tersebut diikuti pandemi Covid-19 yang diteruskan pada tekanan konsumsi, demand sehingga tekanan ini mengalami banyak masalah dalam upaya kita mencapai kinerja atau kpi yang semaksimum mungkin," kata Dwi.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Covid-19 di RI Bertambah 802 Hari ini, DKI Terbanyak!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular