
Presiden Korsel Tersandung Kasus Kekerasan Seksual, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Korea Selatan Moon Jae-In dikecam masyarakat setelah ketahuan mengirim bunga belasungkawa ke pemakaman ibu dari mantan politikus Ahn Hee-Jung, yang saat ini sedang menjalani hukuman akibat melakukan kekerasan seksual.
Media yang diizinkan meliput acara pemakaman tersebut memperlihatkan karangan bunga putih besar di posisi strategis, dengan sebuah plakat bertuliskan logo kepresidenan dan nama Moon.
Selain Moon, lusinan politisi senior yang didominasi oleh laki-laki dari Partai Demokrat juga mengirim karangan bunga untuk upacara untuk ibu Ahn Hee-Jung pada Kamis (9/7/2020) waktu setempat.
Ahn, yang saat ini dibebaskan sementara untuk menghadiri upacara pemakaman ibunya, juga menerima kunjungan dari sejumlah politikus, seperti Perdana Menteri Chung Sye-Kyun, mantan PM Lee Nak-Yeon, dan pemimpin Partai Demokrat Lee Hae-Chan.
Banyak kelompok perempuan dan politisi progresif yang geram dengan kelakuan Moon tersebut. Mereka mengatakan apa yang dilakukan Moon menunjukkan pola pikir politik tradisional yang menganggap kejahatan seksual dapat diabaikan.
Mereka juga kecewa, sebab selama masa kampanye pemilihannya, Moon berjanji untuk menjadi 'pemimpin feminis'.
"Setiap pesan dari seorang presiden adalah tindakan pemerintahan, termasuk belasungkawa," tulis komentator Choi Moon-sun di surat kabar Hankook Ilbo, dikutip dari AFP.
Ketika Moon mengirim bunga kepada mendiang ibu Ahm, Choi menulis, "tidak ada presiden untuk wanita Korea Selatan."
Jo Hye-min, juru bicara Partai Keadilan oposisi, mengatakan korban Ahn "masih berjuang dalam hidup dalam menghadapi rasa malu tanpa henti."
"Sangat jelas bahwa pesan dan tindakan seorang politisi bukan pesan pribadi tetapi bersifat publik," katanya. "Kita tidak bisa tidak bertanya apa artinya tindakan mereka."
Kantor kepresidenan Korsel mengatakan bahwa mereka mengirim bunga ke pemakaman ibu Ahn setelah ada "tinjauan komprehensif situasi".
Ahn merupakan mantan gubernur Provinsi Chungcheong Selatan. Ia dijatuhi hukuman penjara selama tiga setengah tahun setelah diketahui melecehkan dan memperkosa sekretarisnya, Kim Ji-Eun sebanyak empat kali selama delapan bulan pada 2018 silam.
Dalam wawancara khusus JTBC, Ji-Eun mengatakan masih banyak karyawan perempuan di lain yang menjadi korban saat bekerja di bawah kepemimpinan Ahn pada masa itu.
Sebelum ketahuan melakukan pelecehan seksual, Ahn merupakan politikus yang cukup terkenal. Ia berada di urutan kedua setelah Moon dalam pertarungan pencalonan presiden dari Partai Demokrat pada 2017 silam.
Korban pelecehan seksual sering menghadapi tekanan untuk tetap diam karena takut dipermalukan di depan umum. Tetapi hal itu berubah seiring dengan munculnya gerakan #MeToo di Korsel.
Kemunculan gerakan feminisme ini dipicu oleh jaksa penuntut umum perempuan, Seo Ji-Hyun yang secara terbuka menuduh Ahn Tae-Geun, mantan pejabat senior kementerian kehakiman, yang meraba-raba tubuhnya di sebuah pemakaman pada 2018 lalu.
Keberanian Seo mendorong banyak perempuan dan laki-laki untuk berbagi kisah mereka mengenai pelecehan seksual. Hingga kini sudah banyak tokoh politik atau orang-orang penting di Korsel yang dijebloskan ke penjara karena adanya gerakan #MeToo ini.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Ricuh Darurat Militer Korea Selatan, Presiden Yoon Minta Maaf