Ingat! Terapi Plasma Konvalesen Bukan Pengganti Vaksin Corona

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
26 June 2020 18:41
Medical personnel at work in the intensive care unit of the hospital of Brescia, Italy, Thursday, March 19, 2020. Italy has become the country with the most coronavirus-related deaths, surpassing China by registering 3,405 dead. Italy reached the gruesome milestone on the same day the epicenter of the pandemic, Wuhan, China, recorded no new infections. For most people, the new coronavirus causes only mild or moderate symptoms. For some it can cause more severe illness. (Claudio Furlan/LaPresse via AP)
Foto: Ilustrasi penanganan pasien Covid-19 (AP/Claudio Furlan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menegaskan terapi plasma convalescent (konvalesen) tidak bisa menggantikan vaksin, dan hanya bisa digunakan sebagai pengobatan. Plasma konvalesen biasanya ditemukan pada mereka yang pernah terinfeksi baik oleh jamur, bakteri, dan virus yang kemudian sembuh sehingga sudah terbentuk antibodi.

Terapi ini juga bisa digunakan dalam pengobatan oleh pasien yang positif Covid-19 dengan mengimobilisasi virusnya, sehingga diharapkan lingkaran virus bisa diputus dan kondisi pasien membaik.

"Plasma konvelesen ini adalah terapi, bukan pencegahan, jadi tidak menggantikan vaksin. Ini imunisasi pasif, jadi antibodi dari luar dibawa masuk ke dalam tubuh, berbeda dengan vaksin," kata Amin dari Graha BNPB, Jumat (26/6/2020).

Kalaupun pengobatan melalui plasma konvalesen berhasil, dan vaksin Covid-19 ditemukan, bukan berarti pengobatan ini harus dihentikan. Dia menegaskan karena keduanya memiliki fungsi yang berbeda, ada atau tidak ada vaksin pendekatan ini bisa dijalan kan selama pasien membutuhkan pengobatan.

"Kita membantu mempercepat penyembuhan pasien. Ini bukan metode pencegahan, kalau masih sehat ya tidak usah dikasih apa-apa," ujar Amin.



Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan Erlina Burhan mengatakan terapi ini merupakan salah satu pilihan dari penyembuhan pasien Covid-19 yang belum ada obatnya. Selain itu, plasma konvalesen ini diberikan untuk pasien yang dalam kondisi menengah dan berat, dan ada kriteria dan syarat dilakukan terapi ini.

"Sudah banyak RS yang melakukan uji klinis untuk plasma konvalesen ini misalnya RSPAD, RSCM, dan RS Persahabatan. Kami pun sudah mengumumkan kepada pasien kami kalau ada yang sukarela mau membantu, dan kami sudah mendapatkan beberapa donor," kata Erlina.

Meski menunjukkan hasil yang positif, tidak banyak pasien yang diobati menggunakan metode ini di luar negeri. Misalnya saja, menurut Erlina, dari empat studi yang dilaporkan uji klinisnya tetapi pasiennya masih sedikit. Dari uji klinis hasilnya lumayan bagus, sayangnya pasiennya sedikit, sehingga belum bisa diambil kesimpulan kalau ini bisa menjadi obat rutin.

"Melihat menderitanya para pasien dan keluarga kalau ada pilihan pengobatan harusnya didukung semua pihak. Harus dilakukan pencegahan, jangan sampai sakit karena belum ada obatnya. Pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, tingkatkan imunitas," ujar Erlina.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Harian Covid di Indonesia Meroket, Tambah 802 Hari ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular