
Ribut Tagihan Listrik, Erick Desak PLN Pakai Smart Meter

Jakarta, CNBC Indonesia- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir buka suara soal ribut ribut tagihan listrik yang membengkak dan dikeluhkan oleh jutaan pelanggan pasca bayar.
Ia menegaskan, pastinya sampai saat ini pemerintah tidak menaikkan tarif listrik secara diam-diam seperti yang dipikirkan oleh sebagian orang. Kenaikan tagihan listrik, kata Erick, tak lepas dari konsumsi listrik rumah tangga yang selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara alamiah juga meningkat.
Tapi, ia melanjutkan, sisa tagihan yang belum terbayar ini kemudian ditagih PLN kemudian. Jadi, tagihan beberapa bulan dijadikan satu.
"Karena tadinya Covid-19 tidak tertagihkan ya baru ditagihkan pada bulan yang bisa ditagihkan. Padahal itu tagihan beberapa bulan jadi satu," kata Erick dalam keterangan pers di kantor Kementerian BUMN, Jumat (12/6/2020).
"Ya kita biasa kalau gak ditagih lupa, pas ditagih marah, padahal ada breakdown-nya," lanjutnya.
Solusinya, kata dia, sudah ditawarkan PLN berupa cicilan pembayaran.
Kejadian ini juga mendorong Erick menegur perusahaan setrum negara untuk lebih berinovasi. "Kita utamakan inovasi smart meter, distribusi procurement akan dilakukan," lanjutnya.
Ia juga berencana memangkas belanja modal atau capital expenditure (Capex) dari PT PLN (Persero).
Erick tidak mau Capex PLN sampai dengan Rp 100 triliun. Namun perlu dilakukan pemotongan 30-40%, karena ia menyebut Capex ini terkadang jadi proyek.
"Kita nggak mau juga Capex PLN sampai Rp 100 triliun saya minta cut 30-40% karena kan kadang-kadang Capex jadi proyek," kata Erick.
Lebih lanjut Erick mengatakan, terkait Capex saat ini sedang dilakukan peninjauan, ia berharap tidak ada proyek di dalamnya. "Capex PLN sedang di tinjau dan diperhatikan, mudahan nggak ada proyek kalau ada proyek ya biasa kena batunya," papar Erick.
(gus/gus)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Ini Biang Keladi Tagihan Listrik PLN Melonjak