
Ada Kontroversi Terbaru WHO Soal Orang Tanpa Gejala Covid-19

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontroversi mendatangi badan kesehatan dunia (WHO). Kali ini, ucapan salah seorang pejabatnya membuat heboh.
Dalam sebuah konferensi pers dengan wartawan Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO Maria Van Kerkhove menyatakan jika orang tanpa gejala (OTG) belum tentu menyebarkan virus corona (Covid-19). Meski ada bukti awal dari wabah menunjukkan bahwa virus dapat menyebar dari kontak orang-ke-orang bahkan jika pembawa tidak memiliki gejala.
"Dari data yang kami miliki, tampaknya masih jarang bahwa orang yang asimtomatik benar-benar menularkan ke individu kedua," ujar Van Kerkhove dalam briefing berita dari PBB pada Senin (8/6/2020). "Ini sangat langka."
Karenanya, ia meminta pemerintah fokus pada mendeteksi dan mengisolasi pasien yang terinfeksi dengan gejala (simtomatik). Termasuk melacak siapa saja yang melakukan kontak dengan mereka.
Pernyataannya ini tentu membuat efek kejut bagi global. Pasalnya, selama berbulan-bulan, dunia melakukan penguncian wilayah (lockdown) karena asumsi OTG juga menyebarkan virus.
Apalagi, dari laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan pada 1 April, lembaga itu mengatakan ada potensi penularan dari kasus tanpa gejala. Ini pula yang menjadi alasan pentingnya jarak sosial.
Namun sayangnya, sehari setelah pemberitaan muncul, ilmuah top itu memberi klarifikasi lanjutan. Ia mengatakan pernyataannya itu untuk menanggapi pertanyaan wartawan dan bukan merujuk pada kebijakan WHO.
"Saya menanggapi pertanyaan di konferensi pers. Saya tidak menyatakan kebijakan WHO atau semacamnya. Saya hanya mencoba untuk mengartikulasikan apa yang kita ketahui," katanya lagi.
"Saya pikir itu salah paham untuk menyatakan bahwa transmisi asimtomatik secara global sangat jarang. Saya merujuk pada sejumlah kecil studi," jelasnya.
Studi, lanjutnya, memang menunjukkan bahwa 16% orang mungkin tidak bergejala. Beberapa model penelitian sejumlah ilmuan, menujukan 40% transmisi global mungkin disebabkan oleh OTG.
"Mayoritas penularan berasal dari orang yang memiliki gejala, yang menyebarkannya melalui tetesan infeksi (droplets). Tapi ada sebagian yang tak memiliki gejala," ujarnya.
"Untuk benar-benar memahami berapa banyak OTG ini, kami belum miliki jawaban pasti."
Dari data Worldometers, ada 7.452.728 kasus Covid-19 di dunia. Kematian tercatat sebanyak 418 ribu sedangkan pasien sembuh 3.749.864.
(sef/sef) Next Article WHO Serang Data Covid China, Ada Apa Xi Jinping?