
Efek Domino Covid-19, Jualan Minuman Kemasan Ambles 40%
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 June 2020 19:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis air minum dalam kemasan ternyata mengalami dampak dari wabah Covid-19. Padahal, sebelumnya diperkirakan bisnis ini bakal berjaya karena industri minuman bakal selalu dibutuhkan.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN), Rachmat Hidayat mengungkapkan ada dampak besar dari masa pandemik ini.
"Saat pandemi kita alami tekanan, laporan anggota di Jabar, DKI, Banten, Sumatera, penurunan terjadi signifikan. Seperti cup atau botol yang kecil, penurunan sampai 40%. Kenapa? bisa dipahami karena itu konsumsi luar rumah, di restoran, kafe, warung, sekolah, atau kantor. Akibat pandemi ya drop, bahkan ada yang tidak ada, jadi mengikuti lah," kata Rachmat dalam dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu (3/6).
Kondisi ini sangat menyulitkan, utamanya bagi perusahaan-perusahaan kecil yang memang mengandalkan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) untuk bertahan. Apalagi, sebagian besar perusahaan AMDK masuk ke dalam ketegori perusahaan kecil, yakni mencapai 90% dari sekitar 700-900 AMDK di Indonesia.
"Untuk galon biasanya adalah perusahaan-perusahaan besar, atau menengah paling tidak. Dan komunitas ukuran menengah kecil sangat besar, mereka nggak produksi galon. Mereka yang sangat menderita akibat pandemi ini," sebut Rachmat.
Harapan pertumbuhan konsumsi AMDK sudah digantungkan oleh Aspadin saat momen lebaran lalu. Pada tahun-tahun sebelumnya, memang selalu ada peningkatan, seperti waktu berkumpul keluarga besar. Namun, kembali harapan itu tidak sepenuhnya terwujud. Apalagi sudah ada himbauan dari pemerintah untuk tidak mudik atau berkumpul dengan keluarga.
"Konsumsinya nggak sebesar yang diharapkan. Kita paham meski lebaran, tapi nggak bisa diharapkan kegiatan out of home, konsumsi luar rumah, gathering ga bisa. sebagian besar sumbangan AMDK dari galon botol besar, itu konsumsi dalam rumah. Bahkan galon untuk dikonsumsi di perkantoran, aktivitasnya udah nggak ada," sebut Rachmat.
(hoi/hoi) Next Article Covid-19 Singapura Ngegas 25.000, Warga Ramai-Ramai Borong Masker
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN), Rachmat Hidayat mengungkapkan ada dampak besar dari masa pandemik ini.
"Saat pandemi kita alami tekanan, laporan anggota di Jabar, DKI, Banten, Sumatera, penurunan terjadi signifikan. Seperti cup atau botol yang kecil, penurunan sampai 40%. Kenapa? bisa dipahami karena itu konsumsi luar rumah, di restoran, kafe, warung, sekolah, atau kantor. Akibat pandemi ya drop, bahkan ada yang tidak ada, jadi mengikuti lah," kata Rachmat dalam dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Rabu (3/6).
Kondisi ini sangat menyulitkan, utamanya bagi perusahaan-perusahaan kecil yang memang mengandalkan penjualan air minum dalam kemasan (AMDK) untuk bertahan. Apalagi, sebagian besar perusahaan AMDK masuk ke dalam ketegori perusahaan kecil, yakni mencapai 90% dari sekitar 700-900 AMDK di Indonesia.
"Untuk galon biasanya adalah perusahaan-perusahaan besar, atau menengah paling tidak. Dan komunitas ukuran menengah kecil sangat besar, mereka nggak produksi galon. Mereka yang sangat menderita akibat pandemi ini," sebut Rachmat.
Harapan pertumbuhan konsumsi AMDK sudah digantungkan oleh Aspadin saat momen lebaran lalu. Pada tahun-tahun sebelumnya, memang selalu ada peningkatan, seperti waktu berkumpul keluarga besar. Namun, kembali harapan itu tidak sepenuhnya terwujud. Apalagi sudah ada himbauan dari pemerintah untuk tidak mudik atau berkumpul dengan keluarga.
"Konsumsinya nggak sebesar yang diharapkan. Kita paham meski lebaran, tapi nggak bisa diharapkan kegiatan out of home, konsumsi luar rumah, gathering ga bisa. sebagian besar sumbangan AMDK dari galon botol besar, itu konsumsi dalam rumah. Bahkan galon untuk dikonsumsi di perkantoran, aktivitasnya udah nggak ada," sebut Rachmat.
(hoi/hoi) Next Article Covid-19 Singapura Ngegas 25.000, Warga Ramai-Ramai Borong Masker
Most Popular