Kisah MALE yang Buat R80 Habibie Tak Jadi Proyek Nasional

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
03 June 2020 09:03
Drone Made RI yang Bisa Bawa Bom. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Drone Made RI yang Bisa Bawa Bom. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek pengembangan drone oleh pemerintah menggeser rencana pengembangan proyek pesawat 80 penumpang (R80) dalam proyek strategis nasional (PSN) 2020-2024.

Pesawat R80 dirintis oleh mantan Presiden BJ Habibie melalui bendera swasta PT Regio Aviasi Industri (RAI) sebagai penerus pengembangan pesawat N250 yang tertunda kala krisis 1998.

Namun, Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo Pandoe menegaskan bahwa proyek pengembangan drone canggih ini bukan bermaksud meninggalkan pesawat yang sudah dirancang oleh Presiden ke-3 RI tersebut.

"Kita sama sekali nggak ada meminggirkan atau meniadakan program R80 yang dikerjakan oleh RAI. Ini murni evaluasi dari Kemenko ekomomi bahwa program dirgantara apa aja yang masuk. Diantaranya N219 lalu drone MALE (Medium Altitude Long Endurance)," kata Wahyu kepada CNBC Indonesia, Selasa (2/6/2020).

Ia mengungkapkan bahwa sebelum mendapat slot tempat menjadi proyek strategis nasional (PSN), drone ini berada di status bawahnya, yakni proyek riset nasional (PRN). Namun, setelah mengajukan kepada pemerintah, akhirnya drone yang lebih dipilih ketimbang pesawat R80.

"Kita sama-sama mengajukan. Jadi sebelumnya mereka masuk, juga punya kita belum masuk. Sekarang punya kita diusulkan untuk dimasukkan. Tapi bukan artinya mengalahkan mereka," katanya.

Pengerjaan drone ini sudah dilakukan sejak tahun lalu. Namun, akibat Covid-19, diperkirakan pengerjaan lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Apalagi, dana proyek pun ikut dipangkas.

"Akibat Covid-19 ini ada penghematan, pengalihan anggaran hingga ada yang kita atur ulang penjadwalannya. Kemarin sempat WFH, jadi kalau manufaktur di bengkel agak terbatas," kata Wahyu.

Wahyu mengaku anggaran yang terpotong cukup besar. Namun itu tidak mengurangi atau menurunkan spesifikasi yang direncanakan sejak awal.

"Ya (pemangkasan) sekitar 20-30%. Spesifikasi tetap tercapai, hanya ada delay," sebutnya.

Dalam rangkaian timeline yang ingin dicapai, proyek ini akan berlangsung hingga 3-4 tahun ke depan. Diperkirakan akhir tahun tes bisa dilakukan.

"Perkiraan bulan November-Desember tahun ini mudah-mudahan tes terbang, baru terbang perdana. Kalau untuk sertifikasi banyak lagi persyaratannya," katanya.

Target tes terbang tersebut tidak lepas dari dorongan Presiden Joko Widodo yang menginginkan proyek ini bisa segera proses. Apalagi jika melihat negara lain yang sudah menggunakan pesawat ini untuk kepentingan pertempuran canggih.

"Pada rakor Ristek Pak Presiden hadir, dalam pidato beliau sampaikan, bahwa beliau tekankan tes terbang tahun ini, jadi itu yang jadi pegangan kita. Agar hasil kajian bisa diimplementasikan," papar Wahyu.

Wahyu menceritakan sebenarnya RI bisa memulai lebih cepat. Malah, bersamaan dengan negara lain. Namun kini, RI ternyata didahului sejumlah negara, termasuk Turki.

"Turki sudah bagus. Padahal dulu ujinya bareng-bareng kita, 2013-2014 di lab kita di Serpong," katanya.

"Mereka bikin model kecil sama-sama, terus tes di lab Aerodinamik di Serpong. Maju sekali, 2013 baru tes, 2018 udah jadi, udah dipake perang ke Suriah, patroli ke Suriah, daerah perbatasan Turki selatan. Mereka memang karena ada keperluan operasi militer."

[Gambas:Video CNBC]






(sef/sef) Next Article Drone Canggih Bikin Proyek R80 Habibie Tercoret dari PSN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular