Karyawan jasa servis smartphone dengan membawa poster di jalan depan, Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Tmur, Kamis (28/5/2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan para penjual jasa servis smartphone di PGC menawarkan jasanya sampai ke tepi jalan karena larangan membuka gerai di pusat perbelanjaan tersebut. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Mereka menjajaki jasanya kepada para pengendara yang melintas di jalan tersebut dengan membawa papan yang bertuliskan "Terima Service HP Semua Merek Bisa Ditunggu Bergaransi". (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Mereka harus menawarkan jasanya di pinggir jalan karena harus tetap membayar biaya sewa kios 50 persen. Sementara pamasukan nyaris tidak ada. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Salah satunya adalah Indra. Ia memiliki tiga kios tempat servis HP di PGC, dan telah bertahun-tahun menjalankan aktivitas menawarkan jasa tersebut. Dengan kondisi pandemi Covid-19, selain berdiam diri di pinggir jalan menunggu pelanggan, ia juga menggunakan cara promosi dan pemberitahuan lewat media sosial dan aplikasi percakapan WA. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
"Kita main di online. Kita jemput bola karena kebutuhan berat," kata Indra. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Pedagang tidak bisa berjualan karena adanya kebijakan PSBB yang mengharuskan pusat perbelanjaan tutup sementara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Selain kios yang khusus servis HP, dikatakan dia, pengusaha lain seperti toko baju dan lain sebagainya tetap diharuskan membayar uang sewa, meski tempatnya tidak bisa digunakan karena mal masih ditutup. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Bahkan ada juga yang tidak sanggup membayar uang sewa tempat, memilih cabut atau tidak melanjutkan memperpanjang sewanya karena tidak ada pemasukan sama sekali. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)