Petugas medis membawa seorang pasien lansia yang diduga menderita COVID-19 ke sebuah rumah sakit di Manaus, Brasil. Brasil kini menjadi negara dengan total kasus virus corona (COVID-19) terbanyak kedua di dunia, setelah Amerika Serikat (AS). (AP Photo/Felipe Dana)
Pulitzer Center on Crisis Reporting melaporkan bahwa angka kematian di Brasil meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Namun sebagian kematian belum diketahui apakah terkait dengan COVID-19 karena banyak dari mereka belum menjalani tes. (AP Photo/Felipe Dana)
Manaus adalah salah satu kota yang paling terpukul di Brasil, yang secara resmi telah kehilangan lebih dari 23.000 jiwa akibat virus corona. Namun akibat rendahnya pengujian, jumlah korban kemungkinan lebih besar dari itu. (AP Photo/Felipe Dana)
Manaus telah mencatatkan hampir tiga kali lipat kenaikan jumlah kematian dari total biasanya pada bulan April dan Mei. (AP Photo/Felipe Dana)
Menurut dokter dan psikolog, pesatnya penyebaran wabah di Brasil terjadi karena ada banyak kesalahan informasi, kurangnya pendidikan, tes yang tidak memadai dan pesan yang salah dari para pemimpin negara itu. (AP Photo/Felipe Dana)
Salah satu contoh skeptisme ditunjukkan langsung oleh Presiden Jair Bolsonaro. Sebagaimana diketahui Bolsonaro telah berulang kali menyebut COVID-19 sebagai “flu ringan” dan berpendapat bahwa kekhawatiran terhadap virus itu berlebihan. (AP Photo/Leo Correa)
Bolsonaro juga telah menolak mengunci (lockdown) Brasil. Padahal lockdown atau pembatasan telah terbukti mampu menekan penyebaran wabah di banyak negara, termasuk negara-negara Eropa seperti Italia dan Jerman. (AP Photo/Felipe Dana)
Bolsonaro bahkan sampai pernah memecat Menteri Kesehatan negara itu karena menteri itu mendukung aturan jaga jarak sosial (social distancing) dan karantina. Dalam rapat kabinet bulan lalu, Bolsonaro juga terlihat sangat marah dan menghina para gubernur dan walikota yang mendukung kebijakan ‘di rumah aja’ (stay at home). ((AP Photo/Felipe Dana)
Akibat berbagai kelalaian itu, sistem kesehatan Brasil kini kewalahan menangani pasien COVID-19. Menurut Worldometers, per Selasa (26/5/2020) ada 376.669 orang terinfeksi COVID-19 di Brasil. Dari total itu, 23.522 meninggal dunia dan 153.833 sembuh. Dengan kasus sebanyak itu Brasil menjadi negara kedua yang memiliki kasus corona terbanyak di dunia, setelah Amerika Serikat. (AP Photo/Felipe Dana)
Bagi kebanyakan orang, coronavirus menyebabkan gejala ringan atau sedang. Tetapi bagi sebagian orang, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang yang sudah memiliki masalah kesehatan sebelumnya,virus ini dapat menyebabkan penyakit parah seperti radang paru-paru sampai kematian. (AP Photo/Felipe Dana)
Sementara itu, virus telah menyebar dari Manaus ke kota-kota terpencil dan wilayah adat, menginfeksi suku-suku asli. Kawasan hutan hujan yang jarang namun berpenduduk sangat padat itu sama sekali tidak siap untuk menangani wabah. Di beberapa kota, banyak yang tidak dapat mengisi ulang tangki oksigen atau tidak memiliki mesin pernapasan. Akibat itu para perawat harus memompa udara secara manual ke paru-paru pasien. (AP Photo/Felipe Dana)
COVID-19 yang berasal dari Wuhan, China, pertama kali masuk ke Manaus pada bulan Maret, di tengah musim hujan, lapor the Sandiego Union Tribune. (AP Photo/Felipe Dana)
Akibat Covid-19, Brasil mengalami krisis kesehatan masyarakat terburuk sejak wabah virus Zika pada tahun 2015. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Amerika Selatan telah menjadi episentrum baru pandemi virus corona, dan yang terparah adalah Brasil. (AP Photo/Felipe Dana)