Soal Pelonggaran PSBB, Ini Warning Didik Rachbini

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
20 May 2020 11:43
Didik Rachbini. Foto: dikhy sasra
Foto: Didik Rachbini (Dokumentasi www.detik.com)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berwacana bakal melonggarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J Rachbini buka suara mengenai rencana itu.

Menurut dia, sejak awal penerapan PSBB memang sudah terkesan setengah hati. Hal itu juga berdampak pada hasil yang diraih jauh dari kata berhasil menanggulangi Covid-19.

"Dengan melihat fakta yang ada dan kurva [pasien positif] yang masih terus meningkat, atas dasar apa wacana dan rencana pelonggaran akan dilakukan?," katanya, Rabu (20/5/20).

Rilis Media, Pelonggaran PSBBFoto: Data Covid-19


Didik bilang, pelonggaran yang tidak berhati-hati tanpa pertimbangan data yang cermat sama dengan masuk ke dalam jurang kebijakan Herd Immunity. Kebijakan ini banyak dikritik dunia, termasuk WHO.

Herd immunity merupakan imunitas banyak individu terhadap suatu virus. Kekebalan itu didapatkan banyak individu karena kawanan mereka sudah terjangkit virus secara besar-besaran. Manusia yang selamat dari virus akan kebal, namun yang tidak selamat akan meninggal.

"Yang kuat sukses sehat, yang lemah tewas. Ini bisa dianggap sebagai kebijakan pemerintah menjerumuskan rakyatnya ke jurang kematian yang besar jumlahnya," bebernya.



Dia juga mengulas pengalaman buruk dunia pada saat terjadi pandemi influenza 100 tahun lalu. Kala itu, dia menyebut jumlah kematian masyarakat terkena wabah sampai 20% dari total penduduk dunia. Karena itu, dia menegaskan, pemerintah harus belajar dari sejarah pandemi influenza yang pernah melanda berbagai negara termasuk Indonesia pada 1918.

"Presiden harus berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap pelonggaran dan wacana pelonggaran yang sudah salah kaprah dan ditanggapi terserah saja oleh publik dan masyarakat luas," serunya.

Rilis Media, Pelonggaran PSBBFoto: Data pandemi influenza


Didik bilang, perilaku masyarakat saat ini merupakan pertanda tidak percaya dan pasrah terhadap keadaan. Apalagi, berdasarkan catatan disertasi Prof Widjojo Nitisastro tentang pandemi influenza, lanjut Didik, Indonesia pernah mengalami pandemi yang berat di masa lalu karena kurangnya sarana kesehatan kala itu.

"Jika presiden dan jajaran pemerintahannya tidak berhati-hati, maka kejadian pandemi ini bukan tidak mungkin memakan korban lebih banyak lagi dari yang sekarang sudah berkembang lebih berat dengan kurva yang terus meningkat," pungkasnya.

[Gambas:Video CNBC]




(miq/miq) Next Article Didik Rachbini, Christianto Wibisono, Ramalan Jokowi Presiden

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular