
Alasan Gula Mahal, Jalur Distribusi Gula Rawan Permainan
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
14 May 2020 06:50
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ferry Juliantono mengaku heran dengan sikap Presiden Jokowi yang mengeluh karena harga sejumlah bahan pokok masih melonjak termasuk gula.
Padahal, keluhan itu sudah dilotarkan sejak beberapa waktu lalu, sehingga harusnya sudah ada perubahan yang nyata menjelang lebaran saat ini.
"Ini sudah pernyataan presiden kedua tentang keheranannya terhadap gula ya kan. Pertama, saya menjawab saya yang heran kenapa presiden baru tahu, misalkan gula. Gula itu pabriknya bisa dihitung jari. Swasta berapa, BUMN berapa. Itu bisa langsung diatur di situ," kata Ferry kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/5/2020).
Dengan sedikitnya pabrik yang ada, maka harusnya pemerintah dengan kementerian terkait mampu mengatur jalannya distribusi. Termasuk memastikan tidak adanya permainan dalam alur distribusi.
Pasalnya, proses pengiriman yang berlarut-larut rentan dengan pelanggaran. Presiden diminta untuk memastikan itu berjalan baik. Jika tidak, maka pedagang juga akan kehabisan kesabaran.
"Sekarang presiden mau bela pabrik atau mau bela pedagang pasar? Sekarang gitu aja, pasti-pasti aja. Kalo memang Pak Presiden mau bela yang gede-gede itu, biar nanti pasar, saya akan boikot ini pasar, tutup aja nggak usah jualan gula. Artinya nanti pedagang pasar abis kesabarannya, nanti akhirnya kita tutup aja pasar, (misal) tiga hari kita nggak buka," jelas Ferry.
Kekesalannya ini dikarenakan ia enggan pedagang pasar disalahkan akibat harga bahan pokok yang lebih tinggi dibanding pasar ritel. Dari pantauan CNBC Indonesia, di sejumlah ritel sudah menjual di harga eceran tertinggi (HET) dengan Rp. 12.500/Kg sementara di pasar tradisional mencapai kisaran Rp. 18.000/Kg.
"Jangan pedagang pasar disalahin. Harga masih tetap tinggi kenapa? Karena kita ngga bisa mendapatkan barang sendiri," kata Ferry yang menjabat ketua Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas).
Alasan utama kenapa pedagang sulit mendapatkan barangnya secara langsung adalah faktor modal. Perlu modal besar untuk mendapatkan barang dari pabrik secara langsung, dalam artian volume yang diminta pun juga besar.
Karenanya, Ferry meminta pemerintah untuk membantu pedagang, misalnya dalam skema kredit usaha rakyat (KUR). Tujuannya menjamin pengadaan penyediaan barang-barang di pasar dengan harga terjangkau dan murah.
"Pedagang pasar, asosiasi melalui Inkopas sebenarnya harapkan dukungan pemerintah, berupa KUR untuk kita gunakan bantuan tersebut untuk adakan barang-barang sendiri. Jadi kita bisa beli langsung dari pabrikan. Gula beli sendiri, kemudian kita bisa banjiri barang-barang tersebut di pasar milik kami. Supaya harga bisa lebih rendah dan masyarakat bisa beli wajar terjangkau," sebutnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sejumlah harga komoditas pangan strategis yang masih terlampau tinggi. Setidaknya, ada sejumlah komoditas yang menjadi perhatiannya.
Ia bahkan terus mengejar agar harga gula bisa normal lagi. Hal tersebut dikeluhkan Jokowi di depan jajaran menteri saat memimpin rapat terbatas dengan topik pembahasan antisipasi kebutuhan bahan pokok di Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
"Saya minta betul-betul dicek di lapangan, dikontrol, sehingga semuanya bisa terkendali dan masyarakat bisa naikkan daya belinya," kata Jokowi.
Jokowi mencatat bahwa rata-rata harga bawang merah saat ini masih sekitar Rp 51 ribu per kilogram, masih jauh dari harga acuan bawang merah yang hanya Rp 32 ribu per kilogram. Komoditas ini, bukan satu-satunya yang disinggung Jokowi.
"Juga gula pasir sampai saat ini saya terus kejar, harga masih Rp 17.000 - Rp 17.500 padahal HET masih harusnya di Rp 12.500," jelasnya.
(sef/sef) Next Article Dikejar Terus Jokowi, Harga Gula Kok Bandel Susah Turun?
Padahal, keluhan itu sudah dilotarkan sejak beberapa waktu lalu, sehingga harusnya sudah ada perubahan yang nyata menjelang lebaran saat ini.
Dengan sedikitnya pabrik yang ada, maka harusnya pemerintah dengan kementerian terkait mampu mengatur jalannya distribusi. Termasuk memastikan tidak adanya permainan dalam alur distribusi.
Pasalnya, proses pengiriman yang berlarut-larut rentan dengan pelanggaran. Presiden diminta untuk memastikan itu berjalan baik. Jika tidak, maka pedagang juga akan kehabisan kesabaran.
"Sekarang presiden mau bela pabrik atau mau bela pedagang pasar? Sekarang gitu aja, pasti-pasti aja. Kalo memang Pak Presiden mau bela yang gede-gede itu, biar nanti pasar, saya akan boikot ini pasar, tutup aja nggak usah jualan gula. Artinya nanti pedagang pasar abis kesabarannya, nanti akhirnya kita tutup aja pasar, (misal) tiga hari kita nggak buka," jelas Ferry.
Kekesalannya ini dikarenakan ia enggan pedagang pasar disalahkan akibat harga bahan pokok yang lebih tinggi dibanding pasar ritel. Dari pantauan CNBC Indonesia, di sejumlah ritel sudah menjual di harga eceran tertinggi (HET) dengan Rp. 12.500/Kg sementara di pasar tradisional mencapai kisaran Rp. 18.000/Kg.
"Jangan pedagang pasar disalahin. Harga masih tetap tinggi kenapa? Karena kita ngga bisa mendapatkan barang sendiri," kata Ferry yang menjabat ketua Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkopas).
Alasan utama kenapa pedagang sulit mendapatkan barangnya secara langsung adalah faktor modal. Perlu modal besar untuk mendapatkan barang dari pabrik secara langsung, dalam artian volume yang diminta pun juga besar.
Karenanya, Ferry meminta pemerintah untuk membantu pedagang, misalnya dalam skema kredit usaha rakyat (KUR). Tujuannya menjamin pengadaan penyediaan barang-barang di pasar dengan harga terjangkau dan murah.
"Pedagang pasar, asosiasi melalui Inkopas sebenarnya harapkan dukungan pemerintah, berupa KUR untuk kita gunakan bantuan tersebut untuk adakan barang-barang sendiri. Jadi kita bisa beli langsung dari pabrikan. Gula beli sendiri, kemudian kita bisa banjiri barang-barang tersebut di pasar milik kami. Supaya harga bisa lebih rendah dan masyarakat bisa beli wajar terjangkau," sebutnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku sejumlah harga komoditas pangan strategis yang masih terlampau tinggi. Setidaknya, ada sejumlah komoditas yang menjadi perhatiannya.
Ia bahkan terus mengejar agar harga gula bisa normal lagi. Hal tersebut dikeluhkan Jokowi di depan jajaran menteri saat memimpin rapat terbatas dengan topik pembahasan antisipasi kebutuhan bahan pokok di Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
"Saya minta betul-betul dicek di lapangan, dikontrol, sehingga semuanya bisa terkendali dan masyarakat bisa naikkan daya belinya," kata Jokowi.
Jokowi mencatat bahwa rata-rata harga bawang merah saat ini masih sekitar Rp 51 ribu per kilogram, masih jauh dari harga acuan bawang merah yang hanya Rp 32 ribu per kilogram. Komoditas ini, bukan satu-satunya yang disinggung Jokowi.
"Juga gula pasir sampai saat ini saya terus kejar, harga masih Rp 17.000 - Rp 17.500 padahal HET masih harusnya di Rp 12.500," jelasnya.
(sef/sef) Next Article Dikejar Terus Jokowi, Harga Gula Kok Bandel Susah Turun?
Most Popular