Internasional

Trump Telepon Putin Bahas Ancaman Senjata China, Nuklir?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 May 2020 07:34
FILE PHOTO: Russia's President Vladimir Putin talks to U.S. President Donald Trump during their bilateral meeting at the G20 summit in Hamburg, Germany, July 7, 2017.  REUTERS/Carlos Barria//File Photo
Foto: REUTERS/Carlos Barria//File Photo
Jakarta, CNBC IndonesiaPresiden Amerika Serikat Donald Trump melakukan hubungan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam pembicaraan tersebut, Trump menekankan keinginan AS untuk mendesak China melakukan kontrol senjata.

"Presiden Trump menegaskan kembali bahwa AS berkomitmen untuk mengendalikan persenjataan yang efektif, tidak hanya mencakup dengan Rusia, tetapi juga China," kata Gedung Putih, Kamis (7/5/2020) waktu setempat.



"(AS) menantikan diskusi di masa depan untuk menghindari perlombaan senjata yang membuat kita membayar mahal."

AS dan Rusia terikat perjanjian New START sejak 2010. Namun perjanjian antara Washington dan Moskow itu akan berakhir di Februari 2021.

START membatasi kedua negara untuk mengembangkan senjata nuklir. Hulu ledak nuklir dibatasi 1.550, level terendah dalam beberapa dekade. Perjanjian juga membatasi pengembangan rudal dan bom, baik di darat maupun kapal selam.

Sementara itu, China diketahui sudah berulang kali menolak proposal kontrol senjata. Dari data Reuters, China dikabarkan memiliki 300 senjata nuklir.

Dalam komunikasi yang sama, AS berkomitmen memberi bantuan pada Rusia seperti ventilator. Juru Bicara Kremlin juga menegaskan hal ini.

Namun, terkait kontrol senjata China, Rusia bersikap diplomatis. "Kedua negara bekerja sama untuk memastikan stabilitas strategis," ujar pemerintah negeri itu.



Sementara itu, sejumlah pihak menilai AS dan China kini sudah membawa dunia pada perang dingin baru. Saling ancam yang dilontarkan kedua negara bahkan dikhawatirkan merambat ke perang terbuka.

Sebelumnya AS dan China meributkan asal mula corona. Ini pun merembet pada batalnya perdamaian tarif impor kedua negara, yang disepakati Februari lalu.

Dalam sebuah laporan intelijen China, gelombang anti China yang dipimpin AS berpotensi membuat kedua negara terlibat perang senjata. Laporan tersebut disusun oleh Institut Hubungan Internasional Kontemporer China (CICIR), lembaga think tank berpengaruh.

Makalah itu menyimpulkan bahwa Washington memandang China sebagai ancaman ekonomi dan keamanan nasional dan tantangan bagi demokrasi Barat. Laporan ini dikabarkan disajikan awal bulan lalu oleh Kementerian Keamanan Negara kepada para pemimpin China, termasuk Presiden Xi Jinping.


[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Jreeng! China-Rusia Ketemuan, Bikin Genk Baru Lawan AS?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular