
Menguak Misteri Angka Kematian COVID-19 yang Rendah di India

Jakarta, CNBC Indonesia - Angka kematian akibat virus corona (COVID-19) di India yang rendah menjadi misteri bagi banyak pihak. Itu dikarenakan angka kematian di kota-kota besar negara yang sudah melaporkan lebih dari 31 ribu kasus corona itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan hotspot virus corona lainnya, seperti New York, Amerika Serikat (AS).
Per Rabu (29/4/2020), India hanya melaporkan 1.008 kasus kematian akibat corona dari total 31.324 kasus yang ada. Sementara itu jumlah pasien sembuh ada sebanyak 7.747 orang, menurut Worldometers.
Menurut laporan BBC News, India melaporkan ada 825 kematian pada 25 April. Jumlah itu lebih tinggi jika dibandingkan yang hanya sekitar setengah dari total itu yang dilaporkan pada 16 April. Artinya India melaporkan sekitar 400 kasus kematian dalam sembilan hari.
Namun demikian, angka kematian akibat COVID-19 yang diperoleh India dalam kurun waktu itu jauh lebih rendah dari yang terjadi di New York dalam hitungan hari yang lebih singkat.
Menurut para ahli, untuk mendapat angka kematian yang sebanyak India dalam kurun waktu 9 hari itu, New York hanya membutuhkan dua sampai tiga hari saja. Saat ini negara bagian New York memiliki total kematian sebanyak 23.144 orang dari 301.450 yang terinfeksi. Sementara pasien sembuh mencapai 231.343 kasus.
Melihat data itu, banyak ahli berpendapat bahwa keberhasilan India menekan angka kematian adalah merupakan hasil dari upaya penguncian (lockdown) yang sudah diberlakukan negara itu lebih dari sebulan terakhir.
Di sisi lain, banyak profesional kesehatan masyarakat dan dokter mengatakan bahwa rendahnya angka kematian India adalah karena sebagian besar penduduk negara itu adalah orang-orang muda. Apalagi mengingat fakta bahwa virus ini lebih berisiko bagi orang lanjut usia.
Namun demikian, ada juga yang mengatakan hal itu dipengaruhi cuaca India yang panas sehingga virus menjadi kurang ganas. Sayangnya, pendapat ini tidak didukung oleh bukti apa pun.
Menanggapi semua dugaan tersebut, dokter dan onkologis India-Amerika Siddhartha Mukherjee mengatakan belum ada yang tahu pasti apa penyebabnya dan hal itu juga masih menjadi misteri baginya.
"Sejujurnya, saya tidak tahu dan dunia tidak tahu jawabannya," kata Mukherjee kepada wartawan Barkha Dutt baru-baru ini. "Itu adalah sebuah misteri, saya katakan dan bagian dari misteri adalah kita tidak melakukan pengujian yang cukup. Jika kita menguji lebih dari itu kita akan tahu jawabannya."
Mukherjee menjelaskan bahwa India saat ini hanya melakukan dua jenis tes untuk mengetahui penyebaran wabah. Tes pertama yaitu tes diagnostik untuk menentukan pasien terinfeksi dan tes antibodi untuk mengetahui apakah seseorang sebelumnya terinfeksi dan pulih.
Sementara itu, menurut Prabhat Jha dari University of Toronto, bisa jadi angka kematian akibat COVID-19 di India rendah karena negara ini hanya melaporkan kasus kematian yang terjadi di rumah sakit.
"Karena sebagian besar kematian terjadi di rumah - dan akan terus terjadi di masa mendatang - di India, sistem lain diperlukan," kata Dr. Jha yang juga memimpin penelitian Million Death Study India.
Menurutnya, sekitar 80% kematian di India masih terjadi di rumah. Itu sudah termasuk kematian akibat infeksi seperti malaria dan pneumonia. Umumnya, kasus kematian yang dilaporkan di rumah sakit adalah yang terjadi pada ibu, akibat serangan jantung dan kecelakaan, jelasnya.
"Banyak orang mendapatkan pemeriksaan medis dari waktu ke waktu, pulang dan mati di rumah di India," kata Dr Jha.
Oleh karena itu ia mengatakan bahwa menghitung kematian di rumah sakit saja jelas tidak akan cukup untuk memperoleh jumlah kematian akibat COVID-19 yang akurat.
(res/sef) Next Article Malapetaka Corona di India, Kasus Covid Tembus 18 Juta
