Internasional

Bukan Kungfu Mabuk, Ini 3 Jurus Kontrol Corona A La Guangdong

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 April 2020 16:41
In this Jan. 19, 2019, photo, a nurse checks on the new-born babies under intensive care at a hospital in Fuyang in central China's Anhui province. China's population rose by 15.23 million people in 2018, marking a continued decrease in the growth rate of the world's most populous nation. (Chinatopix via AP)
Foto: China populasi (Chinatopix via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Guangdong, provinsi terpadat di China telah berhasil mengendalikan wabah virus corona (COVID-19) dengan baik.

Sebagaimana disampaikan para peneliti dari Universitas Oxford dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Guangdong yang melakukan analisis baru genom virus corona, ada tiga cara utama yang dilakukan wilayah itu untuk menekan wabah.

Ketiga cara itu yaitu dengan melakukan pengujian massal, pelacakan kasus aktif dan isolasi yang ketat.

"Pekerjaan kami di provinsi Guangdong menunjukkan bahwa pengujian tingkat awal yang sangat tinggi, bersama dengan pelacakan kasus aktif dan isolasi yang ketat, dapat membuat wabah terkendalikan," kata Dr Lu Jing dari CDC Guangdong dan rekan penulis penelitian dalam siaran pers, South China Morning Post (SCMP) melaporkan, Jumat (24/4/2020).



Dalam hal tes massal, per hari Kamis, tingkat pengujian di wilayah ini ada sebanyak 14.159 tes per juta orang, menurut SCMP. Jumlah itu melampaui tingkat tes Korea Selatan, salah satu negara dengan kapasitas pengujian tertinggi di dunia, yang sebanyak 11.400 tes per juta orang.

China belum mengungkapkan tingkat pengujian untuk negara secara keseluruhan.

Guangdong adalah provinsi terpadat di China dengan 113 juta orang. Pada 19 Maret, Guangdong memiliki 1.388 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi. Ini merupakan angka kasus tertinggi di luar provinsi Hubei di China tengah, pusat wabah.

Menurut studi yang dilakukan para peneliti, wabah di provinsi selatan Guangdong sebagian besar terdiri dari kasus-kasus independen yang diperoleh dari luar provinsi, bukan transmisi lokal. Kasus transmisi lokal hanya mencakup sekitar seperempat dari total kasus di provinsi tersebut.

Kasus yang ditransmisikan secara lokal diperkirakan sebanyak 336 kasus dan dua pertiga atau 1.014 kasus memiliki riwayat kemungkinan paparan di Hubei. Sejauh itu pada saat itu, sudah ada sekitar 1,6 juta tes dilakukan, lapor SCMP.

Guangdong memang memiliki jalur transportasi langsung dengan provinsi Hubei yang beribukota Wuhan, tempat kasus corona pertama muncul. Para peneliti menyatakan bahwa kereta api kecepatan tinggi Wuhan-Guangzhou diperkirakan mengangkut hingga 200.000 penumpang per hari selama periode Festival Musim Semi, yang dimulai pada 10 Januari.

"Kami menemukan bahwa garis keturunan SARS-CoV-2 diimpor beberapa kali ke Guangdong selama paruh kedua Januari 2020," kata para peneliti.

Menurut media itu, untuk berhasil menemukan riwayat penyebaran wabah, bukan hanya dilakukan dengan mencari informasi riwayat perjalanan atau atau paparan kepada orang yang terinfeksi, tapi juga perlu mengandalkan urutan gen virus. Hal itu digunakan dalam penelitian oleh para peneliti.

"Sebagai contoh, kluster filogenetik Guangdong terbesar terdiri dari delapan urutan, tidak ada yang ditempatkan pada akar kluster, dan terdorong untuk menyimpulkan bahwa seluruh kluster berasal dari transmisi komunitas di Guangdong," tulis para ilmuwan.



"Namun, enam dari delapan genom melaporkan perjalanan dari Hubei dan karena itu sebenarnya cluster membantu beberapa perkenalan SARS-CoV-2 ke Guangdong, di mana tanggal timbulnya gejala sekitar atau segera setelah penutupan perjalanan dari Wuhan."

Rekan penulis penelitian, Profesor Oliver Pybus dari Universitas Oxford, mengatakan penting untuk menganalisis genom virus dan mengombinasikannya dengan informasi lain untuk menilai evolusi dan transmisi virus corona dengan lebih baik.

"Kami sudah tahu bahwa perubahan pada genom COVID-19 terakumulasi lebih lambat daripada virus lain seperti influenza," katanya dalam siaran pers.

"Ini berarti virus COVID-19 bergerak dan mentransmisikan lebih cepat daripada yang bermutasi. Jadi sangat penting untuk menganalisis genom virus dalam kombinasi dengan informasi epidemiologis terperinci."

[Gambas:Video CNBC]


(res/sef) Next Article Covid-19 Minggir, China Temukan Kasus 'Bakteri' di Wuhan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular