
AS Beri ASEAN Rp 530 M, Buat Perangi Corona Mr Trump?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memberikan bantuan sebesar US$ 35,3 juta atau sekitar Rp 530 miliar (kurs RP 15.000/dolar) untuk negara-negara ASEAN. Untuk itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) ASEAN memberikan apresiasi kepada kontribusi AS tersebut.
Hal ini terungkap dalam konferensi pers virtual yang dilakukan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI seusai rapat antara ASEAN dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo. Sekjen ASEAN juga berharap dapat menjalin kerja sama lainnya dengan AS.
"Sekjen menyampaikan harapan kerjasama atau kerjasama yang diharapkan dari Amerika Serikat, antara lain policy exchange, information sharing, technical assistance untuk mendeteksi, untuk melakukan testing, pengembangan metodologi, prevensi dan treatment termasuk tentunya adalah research untuk vaksin dan obat-obatan," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, Kamis (23/4/2020).
"Selain itu, kerjasama yang diharapkan juga adalah latihan untuk para pekerja kesehatan dan internship atau magang untuk para researchers ASEAN di US CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat)."
Sementara itu di bidang ekonomi, ASEAN mengharapkan agar kapasitas program seperti U.S. IGNITE on Trade Facilitation, Innovation and Digital Economy dapat ditingkatkan. Itu dikarenakan negara-negara ASEAN melihat bahwa AS memiliki peran atau posisi yang sangat baik untuk dapat mendukung pemulihan ekonomi ASEAN pasca pandemi.
Selain itu, di dalam pertemuan tersebut Indonesia sendiri telah menyampaikan beberapa hal secara khusus kepada para Menlu. Pertama yaitu menekankan pentingnya agar US-ASEAN Strategic Partnership dapat betul-betul berfungsi dan bermanfaat terutama di masa sulit ini.
"Kita tekankan bahwa walaupun masing-masing negara saat ini menghadapi tantangan yang berat di dalam negeri, di negara kita masing-masing, namun apabila kita bersatu dan saling membantu maka beban tersebut tentunya akan menjadi lebih ringan."
Hal lain yang disampaikan Indonesia yaitu adalah ajakan untuk mengesampingkan perbedaan dan fokus pada upaya untuk menangani pandemi dan dampak sosial ekonomi dari COVID-19.
Oleh karena itu, Indonesia mengusulkan kerja sama jangka pendek dan jangka panjang untuk memenuhi kekurangan-kekurangan yang masih terus dihadapi. Dalam kerja sama jangka pendek, salah satu yang diupayakan adalah memenuhi kebutuhan alat-alat medis dan obat-obatan. Dalam konteks ini Indonesia, jelas Retno, kembali menyerukan pentingnya adanya Innovative Cooperation atau kerjasama yang inovatif.
"Hal lain untuk kerjasama yang sifatnya jangka pendek adalah kembali menekankan pentingnya kita bekerja sama di dalam pengembangan vaksin, dan apabila vaksin sudah ada, sudah tersedia maka Indonesia secara konsisten menekankan pentingnya aksesibilitas vaksin bagi negara berkembang dan negara least developed countries (LDCs) dengan harga yang terjangkau."
"Jadi dua hal untuk vaksin, mengenai masalah aksesnya dan juga mengenai masalah harga yang terjangkau karena ini sangat penting bagi negara berkembang dan negara least developed countries. Itu short term."
Sementara untuk yang jangka panjang, kerja sama yang bisa dilakukan di antaranya yaitu kerja sama untuk memperkuat resiliensi sistem kesehatan.
"Antara lain melalui pengembangan Region Wide Disease Control Structure, yang kedua mengenai realokasi USAID Fund di bawah program Inclusive Growth in ASEAN through Innovation, Trade and E-commerce (IGNITE) dan juga program Partnership for Regional Optimization within the Political-Security and Socio-Cultural Communities (PROSPECT)," kata Retno.
IGNITE adalah program kerja sama teknis untuk sains teknologi dan inovasi. Proyek ini mendorong tujuh kerja sama yang sifatnya cross cutting, mulai dari pengembangan UMKM hingga gender. Sementara PROSPECT adalah program kerja sama yang berbentuk dukungan untuk dapat menangani tantangan yang sifatnya transnasional, secara lebih baik.
(res/sef) Next Article Chaos! Kasus Covid-19 RI Tembus Seribu 3 Hari Berturut-turut