
Internasional
Setop Dana WHO, Trump Banjir 'Kutukan' Warga AS, Kenapa?
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
15 April 2020 15:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menghentikan pendanaan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (14/4/2020). Trump mengatakan WHO melakukan kesalahan karena mendorong informasi yang salah mengenai virus corona (COVID-19).
Namun sesaat setelah mengumumkan pembekuan pendanaan WHO, ia malah banjir "kutukan" dari warga. Trump dianggap sama saja membahayakan nyawa rakyat AS di tengah pandemi ini.
Langkah yang diambil Trump ini dikatakan akan menimbulkan lebih banyak kematian. Ini ditegaskan Lawrence Gostin, seorang profesor kesehatan global di Universitas Georgetown.
"Tanpa pemberdayaan WHO, akan ada lebih banyak kematian, dan tidak hanya saat ia (corona) ke Afrika sub-Sahara, ... tetapi juga di sini di Amerika Serikat," ujar Gostin kepada kanal MSNBC, dikutip CNBC Indonesia Rabu (15/4/2020).
Tidak hanya Gostin, Leslie Dach yang menjabat sebagai ketua kelompok penekan Protect Our Care AS juga menyayangkan keputusan ini. Ia justru menganggap Trump yang gagal dalam penanganan pandemi tersebut.
"Ini tidak lebih dari upaya Presiden Trump untuk mengalihkan perhatian dari sejarahnya meremehkan krisis coronavirus dan kegagalan pemerintahannya untuk mempersiapkan AS," ujar Dach.
Dach, yang sempat menjabat sebagai koordinator Ebola global untuk departemen kesehatan, mengakui jika WHO pasti memiliki kesalahan.
"Tetapi memotong dana pada puncak pandemi global adalah tindakan tidak bertanggung jawab. Langkah ini akan membuat Amerika tidak aman," ujarnya.
Alasan Trump menyetop pendanaan akibat WHO melakukan kesalahan sejak awal dengan menyebut virus tidak menular dan tidak perlu larangan perjalanan. Trump mengkritik keputusan WHO yang menentang pembatasan perjalanan dari China sebagai hal berbahaya.
Trump yang menggunakan frase "virus China" untuk menggambarkan corona ini merasa WHO gagal dalam memberikan informasi mengenai pandemi ini secara tepat dan transparan. Lebih lanjut, pemerintahan Trump akan melakukan penyelidikan "menyeluruh" dan akan berlangsung 60 hingga 90 hari.
Pada 2019, Amerika Serikat menyumbang lebih dari US$ 400 juta kepada WHO, menjadi donor terbesar bagi organisasi tersebut. Anggaran WHO pada 2018-2019 sendiri berjumlah sekitar US$ 6 miliar.
Kini Amerika Serikat menjadi episentrum penularan terbaru dengan 614.246 kasus terjangkit, 26.064 kasus kematian, dan 38.820 kasus berhasil sembuh per Rabu (15/4/2020), menurut data Worldometers.
(sef/sef) Next Article Cegah Tangkal, Strategi Kemenkes Antisipasi Penyebaran Corona
Namun sesaat setelah mengumumkan pembekuan pendanaan WHO, ia malah banjir "kutukan" dari warga. Trump dianggap sama saja membahayakan nyawa rakyat AS di tengah pandemi ini.
Langkah yang diambil Trump ini dikatakan akan menimbulkan lebih banyak kematian. Ini ditegaskan Lawrence Gostin, seorang profesor kesehatan global di Universitas Georgetown.
Tidak hanya Gostin, Leslie Dach yang menjabat sebagai ketua kelompok penekan Protect Our Care AS juga menyayangkan keputusan ini. Ia justru menganggap Trump yang gagal dalam penanganan pandemi tersebut.
"Ini tidak lebih dari upaya Presiden Trump untuk mengalihkan perhatian dari sejarahnya meremehkan krisis coronavirus dan kegagalan pemerintahannya untuk mempersiapkan AS," ujar Dach.
Dach, yang sempat menjabat sebagai koordinator Ebola global untuk departemen kesehatan, mengakui jika WHO pasti memiliki kesalahan.
"Tetapi memotong dana pada puncak pandemi global adalah tindakan tidak bertanggung jawab. Langkah ini akan membuat Amerika tidak aman," ujarnya.
Alasan Trump menyetop pendanaan akibat WHO melakukan kesalahan sejak awal dengan menyebut virus tidak menular dan tidak perlu larangan perjalanan. Trump mengkritik keputusan WHO yang menentang pembatasan perjalanan dari China sebagai hal berbahaya.
Trump yang menggunakan frase "virus China" untuk menggambarkan corona ini merasa WHO gagal dalam memberikan informasi mengenai pandemi ini secara tepat dan transparan. Lebih lanjut, pemerintahan Trump akan melakukan penyelidikan "menyeluruh" dan akan berlangsung 60 hingga 90 hari.
Pada 2019, Amerika Serikat menyumbang lebih dari US$ 400 juta kepada WHO, menjadi donor terbesar bagi organisasi tersebut. Anggaran WHO pada 2018-2019 sendiri berjumlah sekitar US$ 6 miliar.
Kini Amerika Serikat menjadi episentrum penularan terbaru dengan 614.246 kasus terjangkit, 26.064 kasus kematian, dan 38.820 kasus berhasil sembuh per Rabu (15/4/2020), menurut data Worldometers.
(sef/sef) Next Article Cegah Tangkal, Strategi Kemenkes Antisipasi Penyebaran Corona
Most Popular