
Lockdown India Bikin Pusing Industri Farmasi RI, Kok Bisa?
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
08 April 2020 20:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi menyanggupi untuk memproduksi obat yang diyakini bisa menyembuhkan pasien dari virus corona, yakni Klorokuin (Chloroquine).
Jumlahnya diyakini mencapai angka 3 juta tablet per bulan. Sayang, ada kendala dalam hal bahan baku pendukung. Indonesia harus mengimpor dari negara yang saat ini sedang lockdown, India.
"Saat ini, Kami berusaha peroleh bahan baku klorokuin dari India, tapi pemerintah India lockdown terhadap ekspor khususnya klorokuin. Di China berusaha dapatkan tapi juga belum dapat respons baik," kata Direktur Eksekutif GP Farmasi Darodjatun Sanusi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (8/4).
Baik India maupun China merupakan negara penghasil banyak bahan baku, bukan hanya farmasi, dalam hal ini klorokuin, namun juga tekstil, manufaktur hingga bahan pokok. Sayang, keduanya dalam kondisi yang belum sepenuhnya normal.
"Obat-obatan yang berkaitan dengan COVID-19 digunakan oleh seluruh dunia dan dengan sumber sama, dari China dan India. Bahkan India juga ada ketergantungan sangat erat terhadap China, terutama buat bahan awal yaitu intermediate, dengan demikian peran Cina sangat krusial," sebut Darodjatun.
Selain India, China juga baru menerapkan sistem lockdown di beberapa wilayahnya, sehingga belum bisa sepenuhnya berjalan normal. Karena itu, Darodjatun meminta batuan pemerintah untuk bisa dengan cepat untuk turun tangan.
"Kami usulkan peran pemerintah, diharapkan dengan G to G (diplomasi pemerintah). Mohon supaya ketersediaan obat, untuk kebutuhan lokal dari negara sahabat," sebut Komisaris Independen Mustika Ratu itu.
GP Farmasi memang terlihat ingin terlibat dalam proses pembuatan obat ini. Darodjatun menjelaskan dulu Indonesia sempat membuat klorokuin secara masal, namun penggunaannya diarahkan untuk obat malaria. Namun, setelah ditemukan obat lain dengan efek samping yang lebih sedikit, klorokuin mulai ditinggalkan.
"Apalagi kapasitas kami baru (digunakan) 55-60 pers, kalo kami produksi klorokuin paling sedikit dihasilkan 3 juta tablet per bulan klorokuin, kami terima laporan bahwa kimia farma udah produksi 3 juta. Tapi kapasitas kami jauh lebih besar," katanya.
(hoi/hoi) Next Article India Larang Ekspor Hydroxychloroquine, AS yang Kalang Kabut
Jumlahnya diyakini mencapai angka 3 juta tablet per bulan. Sayang, ada kendala dalam hal bahan baku pendukung. Indonesia harus mengimpor dari negara yang saat ini sedang lockdown, India.
"Saat ini, Kami berusaha peroleh bahan baku klorokuin dari India, tapi pemerintah India lockdown terhadap ekspor khususnya klorokuin. Di China berusaha dapatkan tapi juga belum dapat respons baik," kata Direktur Eksekutif GP Farmasi Darodjatun Sanusi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (8/4).
"Obat-obatan yang berkaitan dengan COVID-19 digunakan oleh seluruh dunia dan dengan sumber sama, dari China dan India. Bahkan India juga ada ketergantungan sangat erat terhadap China, terutama buat bahan awal yaitu intermediate, dengan demikian peran Cina sangat krusial," sebut Darodjatun.
Selain India, China juga baru menerapkan sistem lockdown di beberapa wilayahnya, sehingga belum bisa sepenuhnya berjalan normal. Karena itu, Darodjatun meminta batuan pemerintah untuk bisa dengan cepat untuk turun tangan.
"Kami usulkan peran pemerintah, diharapkan dengan G to G (diplomasi pemerintah). Mohon supaya ketersediaan obat, untuk kebutuhan lokal dari negara sahabat," sebut Komisaris Independen Mustika Ratu itu.
GP Farmasi memang terlihat ingin terlibat dalam proses pembuatan obat ini. Darodjatun menjelaskan dulu Indonesia sempat membuat klorokuin secara masal, namun penggunaannya diarahkan untuk obat malaria. Namun, setelah ditemukan obat lain dengan efek samping yang lebih sedikit, klorokuin mulai ditinggalkan.
"Apalagi kapasitas kami baru (digunakan) 55-60 pers, kalo kami produksi klorokuin paling sedikit dihasilkan 3 juta tablet per bulan klorokuin, kami terima laporan bahwa kimia farma udah produksi 3 juta. Tapi kapasitas kami jauh lebih besar," katanya.
(hoi/hoi) Next Article India Larang Ekspor Hydroxychloroquine, AS yang Kalang Kabut
Most Popular