
Corona Bagi Warga AS: Bagai Serangan 11 September 2001

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (COVID-19) telah menjerumuskan dunia ke dalam keadaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan, bagi orang-orang Amerika, pandemi ini hampir sama mengerikannya dengan serangan 11 September atau serangan 9/11.
"Orang-orang mengalami tingkat kecemasan yang sangat tinggi," kata Sonya Lott, seorang psikolog yang berbasis di Philadelphia yang berspesialisasi dalam konseling kesedihan, kepada AFP.
"Ini adalah ketakutan akan hal yang tidak diketahui karena kita belum pernah mengalami situasi seperti ini sebelumnya." tambahnya. "Satu-satunya hal yang kami alami di Amerika yang mendekati pandemi ini adalah 9/11."
Serangan 9/11 adalah kejadian kelam bagi warga Amerika dan dunia. Itu adalah serangkaian empat serangan bunuh diri yang telah diatur terhadap beberapa target di New York City dan Washington, D.C. pada 11 September 2001.
Menurut History, serangan itu dilakukan oleh 19 militan yang terkait dengan kelompok al Qaeda yang membajak empat pesawat dan melakukan serangan bunuh diri terhadap target di AS.
Dua pesawat diterbangkan ke menara kembar World Trade Center di New York City, pesawat ketiga menabrak Pentagon di luar Washington, D.C., dan pesawat keempat jatuh di sebuah lapangan di Shanksville, Pennsylvania. Hampir 3.000 orang terbunuh dalam serangan teroris 9/11 itu.
Lebih lanjut, Lott mengatakan bahwa dari beberapa sisi, pandemi COVID-19 justru lebih mengerikan dari serangan 9/11. Itu karena saat orang-orang melihat kengerian serangan itu, mereka yang selamat masih bisa pulang ke rumah dan berkumpul dengan orang-orang tercinta. Tapi tidak demikian saat pandemi corona menyerang.
"Dan bahkan kemudian, kita bisa berlari pulang dan bersama-sama dan berpelukan. Sekarang, bahkan ketika kita di rumah, kita dianjurkan untuk tidak berpelukan."
Sementara itu, menurut Holly Daniels, direktur pelaksana urusan klinis untuk Asosiasi Terapis Perkawinan dan Keluarga California, telah ada peningkatan jumlah orang yang mencari bantuan.
Ada juga peningkatan jumlah panggilan ke hotline bunuh diri, meskipun belum ada statistik, tambah psikoterapis itu.
Menurut sebuah jajak pendapat yang dirilis pada hari Kamis oleh Kaiser Family Foundation, virus corona telah mempengaruhi kesehatan mental hampir setengah dari orang-orang di Amerika Serikat.
Saat ini Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus corona terbanyak di dunia. Menurut Worldometers, angkanya mencapai 245.193 kasus dengan 6.088 kematian dan 10.403 orang sembuh.
"'Lebih aman di rumah' adalah mandat yang luar biasa untuk virus corona, tetapi bagi banyak orang, rumah bukanlah tempat yang aman," kata Daniels.
"Angka bunuh diri akan naik karena orang-orang sendirian dan terisolasi dan berada di rumah benar-benar situasi yang tidak aman bagi mereka."
Untuk meringankan keadaan ini, baik Daniels dan Lott mengatakan saran utama mereka kepada pasien adalah untuk menyisihkan waktu melakukan meditasi, olahraga, dan chatting online dengan teman dan orang yang dicintai untuk mengurangi kecemasan.
Ia juga menyarankan untuk mengurangi membaca atau mendengar berita buruk dari televisi dan media sosial.
"Saya mencoba membuat orang untuk menjadi sangat mensyukuri saat ini - pada saat ini saya memiliki makanan, saat ini orang yang saya cintai aman, pada saat ini saya memiliki pekerjaan," kata Lott.
(res) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru
