
Internasional
Habis Dihantam Corona, Ekonomi China Bangkit! Ini Buktinya
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
31 March 2020 16:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi China sepertinya perlahan pulih. Bahkan, Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur resmi di Maret berada di level 52,0.
Angka ini membantah ramalan sejumlah pihak yang menyatakan China akan terpukul keras karena corona (COVID-19) yang beberapa bulan ini membelenggu negeri itu. Sebelumnya, analis yang disurvei Reuters memperkirakan PMI manufaktur hanya akan berada di angka 45.
PMI menggunakan 50 sebagai titik awal. Di atas 50 berarti industriawan sedang ekspansif sedangkan di bawahnya berarti kontraktif. Pada Februari, PMI manufaktur China adalah 35,7.
Biro Statistik Nasional China mengumumkan dengan pencegahan dan pengendalian wabah yang makin efektif, ada percepatan signifikan dalam proses produksi. Hal itu termasuk sub-indeks untuk produksi, pesanan baru dan lapangan kerja yang diperluas.
Namun, bukan berarti kegiatan ekonomi negara telah kembali ke tingkat normal. Awal 2020 ini, aktivitas manufaktur melambat secara spesifik di ketika pemerintah melakukan penguncian (lockdown) dan karantina skala besar untuk menahan penyebaran COVID-19.
Kepala Ekonom Asia Pasifik di Vanguard Investment Strategy, Qian Wang, mengatakan pembacaan PMI manufaktur bulan Maret sesuai harapan. Karena aktivitas meningkat selama bulan tersebut.
"Pada bulan Februari, ekonomi China berhenti total. Tidak perlu banyak untuk bangkit dari basis yang begitu rendah," katanya kepada CNBC Internasional.
Meskipun pembacaan PMI Maret hanya beberapa poin di atas 50, Qian Wang menilai ini menunjukkan pemulihan moderat serta dimulainya kembali kegiatan ekonomi secara bertahap. Walaupun masih ada hambatan signifikan pada ekonomi China.
"Itu mencerminkan banyak tentang prospek global yang memburuk serta permintaan domestik yang lemah, terutama di ruang konsumen," katanya yang mengharapkan pertumbuhan PDB 1% hingga 2% untuk China tahun ini.
Ekonom Nomura mengatakan dalam sebuah catatan setelah dirilisnya pembacaan PMI, bahwa rata-rata PMI manufaktur Februari dan Maret hanya 43. "yang masih jauh di bawah rata-rata pra-COVID-19 sekitar 50," tulis lembaga itu.
"Dengan demikian, kami melihat lompatan pada PMI manufaktur dan non-manufaktur pada bulan Maret sebagai keuntungan satu kali dari basis perbandingan yang sangat rendah pada bulan Februari," tambah mereka.
PMI non-manufaktur resmi China capai 52,3 pada bulan Maret. Sebelumnya di Februari hanya 29,6.
Meski demikian, ekonom Nomura mengatakan masih ada tantangan yang akan dihadapi China. Antara lain gelombang kedua infeksi corona yang berasal dari kasus impor dan permintaan eksternal yang merosot dan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.
(sef/sef) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru
Angka ini membantah ramalan sejumlah pihak yang menyatakan China akan terpukul keras karena corona (COVID-19) yang beberapa bulan ini membelenggu negeri itu. Sebelumnya, analis yang disurvei Reuters memperkirakan PMI manufaktur hanya akan berada di angka 45.
Biro Statistik Nasional China mengumumkan dengan pencegahan dan pengendalian wabah yang makin efektif, ada percepatan signifikan dalam proses produksi. Hal itu termasuk sub-indeks untuk produksi, pesanan baru dan lapangan kerja yang diperluas.
Namun, bukan berarti kegiatan ekonomi negara telah kembali ke tingkat normal. Awal 2020 ini, aktivitas manufaktur melambat secara spesifik di ketika pemerintah melakukan penguncian (lockdown) dan karantina skala besar untuk menahan penyebaran COVID-19.
Kepala Ekonom Asia Pasifik di Vanguard Investment Strategy, Qian Wang, mengatakan pembacaan PMI manufaktur bulan Maret sesuai harapan. Karena aktivitas meningkat selama bulan tersebut.
"Pada bulan Februari, ekonomi China berhenti total. Tidak perlu banyak untuk bangkit dari basis yang begitu rendah," katanya kepada CNBC Internasional.
Meskipun pembacaan PMI Maret hanya beberapa poin di atas 50, Qian Wang menilai ini menunjukkan pemulihan moderat serta dimulainya kembali kegiatan ekonomi secara bertahap. Walaupun masih ada hambatan signifikan pada ekonomi China.
"Itu mencerminkan banyak tentang prospek global yang memburuk serta permintaan domestik yang lemah, terutama di ruang konsumen," katanya yang mengharapkan pertumbuhan PDB 1% hingga 2% untuk China tahun ini.
Ekonom Nomura mengatakan dalam sebuah catatan setelah dirilisnya pembacaan PMI, bahwa rata-rata PMI manufaktur Februari dan Maret hanya 43. "yang masih jauh di bawah rata-rata pra-COVID-19 sekitar 50," tulis lembaga itu.
"Dengan demikian, kami melihat lompatan pada PMI manufaktur dan non-manufaktur pada bulan Maret sebagai keuntungan satu kali dari basis perbandingan yang sangat rendah pada bulan Februari," tambah mereka.
PMI non-manufaktur resmi China capai 52,3 pada bulan Maret. Sebelumnya di Februari hanya 29,6.
Meski demikian, ekonom Nomura mengatakan masih ada tantangan yang akan dihadapi China. Antara lain gelombang kedua infeksi corona yang berasal dari kasus impor dan permintaan eksternal yang merosot dan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan.
(sef/sef) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular