
Akhir Februari, APBN 2020 Catat Defisit Rp 62,8 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) 2020 masih relatif lambat. Penerimaan negara tumbuh negatif dibandingkan tahun lalu, sementara belanja masih tumbuh tetapi melambat.
Per akhir Februari 2020, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan penerimaan negara sebesar Rp 216,2 triliun atau 9,7% dari target. Pencapaian ini turun 0,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Penerimaan perpajakan adalah Rp 178 triliun atau 95% dari target. Masih ada pertumbuhan 0,3%, tetapi lebih lemah dari periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 10,1%," kata Sri Mulyani dalam paparan APBN Kita melalui video conference, Rabu (18/3/2020).
Sedangkan penerimaan kepabeanan dan cukai, tambah Sri Mulyani, terkumpul Rp 25 triliun (11,2%). Tumbuh mengesankan 51,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di sisi belanja, total realisasi belanja negara per akhir Februari 2020 adaah Rp 279,4 triliun (11%). Tumbuh 2,8% year-on-year (YoY), melambat dibandingkan pertumbuhan 2019 yaitu 9,2% YoY.
"Transfer ke Daerah yang masih kurang akselerasinya. Transfer ke daerah Rp 116 triliun, itu growth-nya minus 4,2%. Dana Desa Rp 1,7 triliun meski sudah kita lakukan sosialisiasi dan transfer langsung ke account desa tanpa melalui account kabupaten. Tetapi karena ada keterlambatan approval dari account, ada kesulitan. Mungkin ada hubungannya dengan beberapa Pilkada sehingga ada keterlambatan dalam APBD," ungkap Sri Mulyani.
Dengan demikian, APBN sudah membukukan defisit Rp 62,8 triliun pada akhir Februari. Besaran itu setara dengan 0,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
(aji/aji) Next Article Penampakan Barang Ilegal Rp 49 M yang Disikat Sri Mulyani Cs