
Corona Picu Resesi, Selandia Baru Suntik Stimulus Rp 102 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Selandia Baru mengumumkan akan mengucurkan paket pendanaan sebesar NZ$ 12,1 miliar atau US$ 7,31 miliar (sekitar RP 102 triliun) untuk menopang ekonominya yang diperkirakan bakal melambat tajam akibat wabah virus corona baru (COVID-19).
Paket pendanaan yang setara sekitar 4% dari produk domestik bruto (PDB) negara itu lebih besar daripada yang diterapkan pada saat menanggapi krisis keuangan global. Selain itu, cakupannya berdasarkan PDB juga lebih besar dari paket pendanaan yang dikeluarkan Australia dan Singapura.
"Kami tidak tahu apa dampak penuh (wabah virus corona) pada perekonomian Selandia Baru, namun, kami tahu itu akan merugikan pekerjaan kami dan memiliki dampak signifikan pada bisnis," kata Menteri Keuangan Grant Robertson dalam konferensi pers, menurut AFP, Selasa (17/3/2020).
Dalam perkiraan awal, departemen keuangan negara memproyeksikan ekonomi akan melambat 3% pada pada kuartal pertama 2021.
Robertson mengatakan, apabila paket pendanaan tersebut diimplementasikan, maka ekonomi mungkin hanya akan turun 1% pada periode tersebut.
Namun demikian, paket stimulus itu juga dipastikan bakal meningkatkan utang negara secara substansial, kata Robertson. Sekarang ini utang pemerintah inti diperkirakan akan melebihi target negara saat ini yang sebesar 15%-25% dari PDB.
Paket pendanaan tersebut rencananya akan disuntikkan ke berbagai sektor termasuk NZ$ 500 juta untuk layanan kesehatan, NZ$ 5.1 miliar untuk subsidi upah dan NZ$ 2.8 miliar untuk menopang pendapatan berbagai bisnis yang tertekan corona.
Paket ini juga termasuk pendanaan NZ$ 2,8 miliar untuk mengkompensasi perubahan pajak bisnis yang termasuk untuk membebaskan arus kas, kenaikan ambang pajak sementara, pemulihan dari depresiasi dan penghapusan bunga atas keterlambatan pembayaran pajak. Ada juga NZ$ 600 untuk sektor penerbangan.
Semua pendanaan ini diharapkan mampu menghindarkan negara dari resesi yang membayangi akibat wabah corona, kata Robertson, yang sebelumnya telah mengakui bahwa resesi bisa saja terjadi di Selandia Baru akibat wabah mirip SARS ini.
"Kami akan mengalami defisit dalam waktu yang lama dan hutang kami sebagai suatu negara pasti meningkat secara substansial," katanya dalam pidato kepada anggota parlemen.
Sebelumnya, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern juga telah memperingatkan dampak ekonomi dari virus corona bisa lebih besar daripada dampak krisis keuangan global. Ini dikarenakan wabah COVID-19 telah membuat negara itu terpaksa harus melarang semua pertemuan publik besar diadakan, yang mana bisa menekan kegiatan ekonomi. Selain itu, pemerintah juga telah memberlakukan isolasi diri wajib bagi para pengunjung.
Untuk menangani tekanan ini, bank sentral Selandia Baru telah memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin setelah mengadakan pertemuan yang tidak dijadwalkan pada hari Senin.
Per Selasa, wabah virus corona telah menjangkiti 8 orang di Selandia Baru, dan belum ada korban meninggal dilaporkan.
(res) Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru