
Waspada, Keseimbangan Primer APBN 2019 Bengkak
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
19 December 2019 11:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Keseimbangan primer makin bengkak. Hal ini terungkap dalam realisasi APBN per November 2019.
Keseimbangan primer merupakan selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Dengan kata lain, pemerintah masih harus berutang untuk membayar utang.
Per November 2019, keseimbangan primer mencapai Rp 101,3 triliun. Angka ini bengkak 500% dari prognosa APBN 2019 yang direncanakan hanya Rp 20,1 triliun.
Hal ini mengakibatkan pembiayaan utang juga membengkak. Total utang baru pemerintah telah melampaui postur yang dialokasikan di APBN 2019. Di mana pembiayaan utang sudah mencapai Rp 442,9 triliun atau 123,3% terhadap APBN 2019.
Penyebab dari bengkaknya keseimbangan primer ini salah satunya juga dikarenakan penerimaan perpajakan yang letoy. Di mana per November 2019 penerimaan perpajakan baru 73,5% dari target atau mencapai Rp 1.312,4 triliun.
Padahal target dalam APBN 2019 penerimaan perpajakan harusnya mencapai Rp 1.786,4 triliun. Sementara belanja negara terus tumbuh di mana mencapai Rp 2.046 triliun per akhir November 2019.
"Sampai akhir November, estimasi defisit dari 1,46% di 2019 atau Rp 296 triliun melebar menjadi 2,29% dari PDB atau Rp 368 triliun di akhir November 2019," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Persnya, Kamis (19/12/2019).
Namun, Sri Mulyani menambahkan per 13 Desember 2019 kemarin, defisit sudah turun dari 2,29%. Di akhir tahun 2019, diproyeksikan defisit masih akan berada di 2,21-2,2% dari PDB.
(dru/dru) Next Article Sri Mulyani Serahkan Draft Omnibus Law Pajak ke DPR
Keseimbangan primer merupakan selisih dari total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang. Dengan kata lain, pemerintah masih harus berutang untuk membayar utang.
Per November 2019, keseimbangan primer mencapai Rp 101,3 triliun. Angka ini bengkak 500% dari prognosa APBN 2019 yang direncanakan hanya Rp 20,1 triliun.
Penyebab dari bengkaknya keseimbangan primer ini salah satunya juga dikarenakan penerimaan perpajakan yang letoy. Di mana per November 2019 penerimaan perpajakan baru 73,5% dari target atau mencapai Rp 1.312,4 triliun.
Padahal target dalam APBN 2019 penerimaan perpajakan harusnya mencapai Rp 1.786,4 triliun. Sementara belanja negara terus tumbuh di mana mencapai Rp 2.046 triliun per akhir November 2019.
"Sampai akhir November, estimasi defisit dari 1,46% di 2019 atau Rp 296 triliun melebar menjadi 2,29% dari PDB atau Rp 368 triliun di akhir November 2019," ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Persnya, Kamis (19/12/2019).
Namun, Sri Mulyani menambahkan per 13 Desember 2019 kemarin, defisit sudah turun dari 2,29%. Di akhir tahun 2019, diproyeksikan defisit masih akan berada di 2,21-2,2% dari PDB.
(dru/dru) Next Article Sri Mulyani Serahkan Draft Omnibus Law Pajak ke DPR
Most Popular