Ini 'Obat Anti Depresi' Eropa Lawan Perang Dagang

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 December 2019 14:57
Keterlibatan WTO dan membuat kongsi dagang sendiri jadi cara untuk melawan dampak buruk perang dagang
Foto: Infografis/Perang Dagang AS-China/Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi dunia sedang dihantui banyak ketidakpastian. Perang dagang berlangsung selama hampir dua tahun antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi penyebab.

Salah satu kawasan yang paling terdampak perang dagang adalah Uni Eropa (UE). Ini dikarenakan UE merupakan salah satu mitra dagang utama AS dan China.


Parahnya, ternyata UE diserang AS dengan kenaikan tarif. Di mana AS berencana menaikkan tarif pada barang-barang impor asal UE akibat kisruh Airbus dan Boeing.

Menanggapi ini, Duta Besar UE untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket, mengatakan jelas bahwa posisi negara-negara Eropa sedang berada dalam kesulitan.


"Yang pasti kita lihat saat ini adalah periode paling sulit dalam perdagangan internasional (dalam kurun waktu) selama beberapa dekade. Kami melihat regresi dalam hal unilateralisme, proteksionisme, dan praktik balas dendam yang kami pikir hanya ada di masa lalu." katanya saat diwawancarai CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (3/12/2019).

"Itu (perang dagang) merusak sistem multilateral, khususnya WTO, dan kami sangat prihatin tentang itu. Itu juga membahayakan pertumbuhan dan globalisasi kita, termasuk di sini, Indonesia, dan juga di Eropa. Jadi kita memiliki dampak langsung (dari perang dagang) terhadap ketidakstabilan dan ekonomi kita."

Piket mengatakan, perang dagang saat ini seharusnya bisa dihindari. Terutama jika apabila negara-negara yang terlibat mau menggunakan cara damai dalam menyelesaikan masalah perdagangan mereka.


Salah satu contohnya adalah dengan melibatkan pihak perantara atau arbiter untuk menengahi permasalahan yang ada. Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) bisa menjadi salah satunya.

Selain itu, untuk mencegah perang dagang, negara-negara yang berselisih juga seharusnya menempuh jalan yang bisa lebih mempererat kerja sama, bukannya saling memecah satu sama lainnya.

"Apa yang bisa kita lakukan dalam ketidakstabilan tentu saja Anda harus mencoba menciptakan stabilitas dengan bekerja sama dengan mitra yang Anda percayai, yang memiliki tujuan yang sama," kata Piket.

Berbeda dengan perang dagangnya dengan China yang disebabkan masalah defisit dan praktik perdagangan China yang tidak adil, perang dagang AS dengan Eropa dipicu sengketa Boeing vs Airbus yang sudah terjadi sejak 2004.

Kedua raksasa industri aviasi itu saling tuduh bahwa pemerintah mereka memberikan subsidi yang tidak adil sehingga terjadi persaingan tidak sehat. Kasus ini sudah dibawa dan dibahas di WTO.

Beberapa bulan lalu, WTO menyimpulkan bahwa AS menang dalam masalah ini. Akibatnya, AS mengusulkan pengenaan bea masuk bagi importasi hingga US$ 11 miliar, berlaku mulai 18 Oktober.

Sejumlah produk yang akan kena bea masuk antara lain pesawat Airbus sebesar 10%, serta anggur (wine), scotch, wiski, dan keju dengan bea masuk 25%.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Drama Baru Perang Dagang? AS Bekukan 26 Penerbangan China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular