
Titah Jokowi ke Prabowo Cs: Setop Impor Alat Persenjataan!
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
22 November 2019 14:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka rapat terbatas dengan topik pembahasan kebijakan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Di depan Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto Cs, Jokowi kembali menekankan pengembangan industri alat pertahanan dalam negeri harus dilakukan agar tidak kerap kali bergantung pada impor.
"Roadmapnya harus jelas. Dalam pengembangan industri alat pertahanan dalam negeri mulai dari hulu sampai hilir, dengan melibatkan BUMN sampai swasta sehingga kita bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor alutsista luar negeri," kata Jokowi.
Ini bukan kali pertama Jokowi menyinggung persoalan impor alutsista. Dalam rapat terbatas bulan lalu, Jokowi juga sempat berbicara mengenai pengembangan industri pertahanan strategis untuk mengurangi impor persenjataan.
Indonesia memang kerap dibanjiri oleh impor persenjataan mulai dari granat, torpedo, hingga peluru. Sepanjang 2018 total impor senjata mencapai US$ 313 juta atau 0,20% dari total keseluruhan impor.
"Kita juga harus memastikan alih teknologi dari setiap pengadaan alutsista maupun program kerja sama dengan negara lain. Kita harus memastikan SDM industri pertahanan kita betul-betul diperkuat," kata Jokowi.
"Jangan lagi orientasinya penyerapan anggaran, mampu membelanjakan anggaran sebanyak-banyaknya, apalagi orientasinya sekedar proyek. Sudah setop yang seperti itu, tapi orientasinya betul-betul strategic partnership," jelasnya.
Jokowi memahami pengembangan industri strategis tidak bisa begitu saja dilakukan lantaran memerlukan waktu. Artinya, Indonesia akan tetap mengimpor sejumlah persenjataan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Namun, kepala negara menekankan bahwa pengadaan alat persenjataan dapat betul-betul dikalkulasi. Bukan hanya dari sisi penggunaan anggaran, melainkan juga kualitas persenjataan yang dibeli.
"Jangan sampai pengadaan alutsista kita lakukan dengan teknologi yang sudah usang, yang sudah ketinggalan, dan tidak sesuai dengan corak peperangan di masa yang akan datang," katanya.
(miq/miq) Next Article Jadi Jokowi-Prabowo Kepincut Alat Perang Korsel atau Prancis?
Di depan Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto Cs, Jokowi kembali menekankan pengembangan industri alat pertahanan dalam negeri harus dilakukan agar tidak kerap kali bergantung pada impor.
"Roadmapnya harus jelas. Dalam pengembangan industri alat pertahanan dalam negeri mulai dari hulu sampai hilir, dengan melibatkan BUMN sampai swasta sehingga kita bisa mengurangi ketergantungan terhadap impor alutsista luar negeri," kata Jokowi.
Indonesia memang kerap dibanjiri oleh impor persenjataan mulai dari granat, torpedo, hingga peluru. Sepanjang 2018 total impor senjata mencapai US$ 313 juta atau 0,20% dari total keseluruhan impor.
"Kita juga harus memastikan alih teknologi dari setiap pengadaan alutsista maupun program kerja sama dengan negara lain. Kita harus memastikan SDM industri pertahanan kita betul-betul diperkuat," kata Jokowi.
"Jangan lagi orientasinya penyerapan anggaran, mampu membelanjakan anggaran sebanyak-banyaknya, apalagi orientasinya sekedar proyek. Sudah setop yang seperti itu, tapi orientasinya betul-betul strategic partnership," jelasnya.
Jokowi memahami pengembangan industri strategis tidak bisa begitu saja dilakukan lantaran memerlukan waktu. Artinya, Indonesia akan tetap mengimpor sejumlah persenjataan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Namun, kepala negara menekankan bahwa pengadaan alat persenjataan dapat betul-betul dikalkulasi. Bukan hanya dari sisi penggunaan anggaran, melainkan juga kualitas persenjataan yang dibeli.
"Jangan sampai pengadaan alutsista kita lakukan dengan teknologi yang sudah usang, yang sudah ketinggalan, dan tidak sesuai dengan corak peperangan di masa yang akan datang," katanya.
(miq/miq) Next Article Jadi Jokowi-Prabowo Kepincut Alat Perang Korsel atau Prancis?
Most Popular