Stafsus Erick Jawab Kritik Dahlan Soal Ahok Jadi Bos BUMN
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
18 November 2019 14:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Arya Sinulingga, memberikan tanggapan perihal kritik eks Menteri BUMN Dahlan Iskan yang dituangkan dalam laman disway.id.
Dalam tulisan yang diunggah pekan lalu itu, Dahlan mempertanyakan rencana Kementerian BUMN menempatkan Ahok di dalam salah satu perusahaan pelat merah.
Ia pun menyebut langkah itu sebagai sebuah perjudian. Dengan tegas Dahlan mengatakan, "Apakah BUMN sebuah perusahaan yang layak diperjudikan? Tergantung pemiliknya. Mungkin saja sang pemilik menilai BTP itu orang yang berprestasi."
"Tapi ada prinsip yang harus dipegang: perusahaan pun perlu ketenangan. Perusahaan tidak bisa maju kalau hebohnya lebih besar dari kerjanya. "Itulah sebabnya saya menulis dengan penuh harap. Sampai beberapa kali. Di DI's Way. Tentang perlunya situasi tenang sekarang ini. Terutama setelah terbentuknya kabinet baru," lanjut Dahlan.
Terkait penuturan Dahlan, Arya menilai pernyataan Dahlan tidak tepat. Ia mengingatkan waktu Dahlan menjabat sebagai Menteri BUMN atau Dirut PLN kerap memicu kehebohan.
"Kadang-kadang Pak Dahlan Iskan ini lupa kalau dia juga bikin kehebohan. Tanya sama beliau, apa ketika beliau bikin kehebohan apa makin bagus yang dia pegang atau gak?" tanya Arya di Kementerian BUMN, Senin (18/11/2019).
Ia menambahkan, apa yang dilakukan Kementerian BUMN kali ini merupakan budaya yang baik. Sebab, perekrutan sosok yang akan menjadi direktur utama maupun komisaris utama dipaparkan kepada publik.
"Emang kamu tahu biasanya kan dirut sudah RUPSLB saja tiba-tiba sudah muncul. Ini kan enggak. 1-1 ada, 1-1 muncul. Ini enggak (dulu) sudah jadi, sudah jadi. Terkejut-kejut kamu. Ini enggak, ada proses publik lho atau uji publik terjadi. Itu salah satu keinginan Pak Erick. Publik tahu ini siapa untuk perusahaan-perusahaan yang pengaruh terhadap publik inginnya Pak Erick gitu, kata Arya.
Pekan lalu, Erick memanggil Ahok ke Kementerian BUMN. Ahok mengaku akan ditempatkan di salah satu perusahaan pelat merah. Rumor yang beredar, eks gubernur DKI Jakarta itu akan menjabat sebagai komisaris utama PT Pertamina (Persero).
Pemilihan Ahok menuai kontra dari sejumlah kalangan seperti PA 212 hingga kubu oposisi pemerintah, yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Mereka menilai masih banyak sosok lain yang lebih bagus dari pada Ahok. Presiden sendiri menyerahkan sepenuhnya nasib Ahok kepada Tim Penilai Akhir (TPA).
(miq/miq) Next Article Bukan Ahok, Orang Seperti Ini yang Layak di BUMN versi Dahlan
Dalam tulisan yang diunggah pekan lalu itu, Dahlan mempertanyakan rencana Kementerian BUMN menempatkan Ahok di dalam salah satu perusahaan pelat merah.
Ia pun menyebut langkah itu sebagai sebuah perjudian. Dengan tegas Dahlan mengatakan, "Apakah BUMN sebuah perusahaan yang layak diperjudikan? Tergantung pemiliknya. Mungkin saja sang pemilik menilai BTP itu orang yang berprestasi."
Terkait penuturan Dahlan, Arya menilai pernyataan Dahlan tidak tepat. Ia mengingatkan waktu Dahlan menjabat sebagai Menteri BUMN atau Dirut PLN kerap memicu kehebohan.
"Kadang-kadang Pak Dahlan Iskan ini lupa kalau dia juga bikin kehebohan. Tanya sama beliau, apa ketika beliau bikin kehebohan apa makin bagus yang dia pegang atau gak?" tanya Arya di Kementerian BUMN, Senin (18/11/2019).
Ia menambahkan, apa yang dilakukan Kementerian BUMN kali ini merupakan budaya yang baik. Sebab, perekrutan sosok yang akan menjadi direktur utama maupun komisaris utama dipaparkan kepada publik.
"Emang kamu tahu biasanya kan dirut sudah RUPSLB saja tiba-tiba sudah muncul. Ini kan enggak. 1-1 ada, 1-1 muncul. Ini enggak (dulu) sudah jadi, sudah jadi. Terkejut-kejut kamu. Ini enggak, ada proses publik lho atau uji publik terjadi. Itu salah satu keinginan Pak Erick. Publik tahu ini siapa untuk perusahaan-perusahaan yang pengaruh terhadap publik inginnya Pak Erick gitu, kata Arya.
Pekan lalu, Erick memanggil Ahok ke Kementerian BUMN. Ahok mengaku akan ditempatkan di salah satu perusahaan pelat merah. Rumor yang beredar, eks gubernur DKI Jakarta itu akan menjabat sebagai komisaris utama PT Pertamina (Persero).
Pemilihan Ahok menuai kontra dari sejumlah kalangan seperti PA 212 hingga kubu oposisi pemerintah, yaitu Partai Keadilan Sejahtera. Mereka menilai masih banyak sosok lain yang lebih bagus dari pada Ahok. Presiden sendiri menyerahkan sepenuhnya nasib Ahok kepada Tim Penilai Akhir (TPA).
(miq/miq) Next Article Bukan Ahok, Orang Seperti Ini yang Layak di BUMN versi Dahlan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular