
Duh Pak Erick, Utang BUMN RI Makin Ngeri Nih!
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 November 2019 13:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang BUMN RI terus mengalami pertumbuhan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Kemarin BI merilis statistik utang luar negeri Indonesia, utang luar negeri (ULN) BUMN RI juga tumbuh tinggi dalam satu tahun terakhir.
ULN BUMN tumbuh dobel digit dipicu oleh tingginya pertumbuhan ULN BUMN Bank dan BUMN Non Lembaga Keuangan.
Mengutip BI, ULN Indonesia pada akhir triwulan III 2019 tercatat sebesar US$ 395,6 miliar, terdiri dari ULN publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$ 197,1 miliar, serta ULN swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 198,5 miliar.
ULN Indonesia tersebut tumbuh 10,3% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan ULN pemerintah di tengah perlambatan ULN swasta.
Walau ULN Swasta melambat ternyata utang BUMN melesat drastis. Sebagai contoh utang Bank BUMN pada September tahun lalu tercatat US$ 5,82 miliar. Kini, jumlahnya naik 20,4% menjadi US$ 7,01 miliar atau setara Rp 98 triliun.
Pertumbuhan utang bank BUMN melebihi pertumbuhan utang bank total dan bank swasta lainnya yang masing-masing hanya tumbuh 5,62% dan 2,38% (yoy).
Utang BUMN non-lembaga keuangan (LK) juga tumbuh signifikan di atas pertumbuhan utang swasta non-bank. Posisi utang BUMN non-bank pada September tahun ini mencapai US$ 39,88 miliar (setara Rp 558 triliun) atau meningkat 50,02% dibanding posisi yang sama tahun lalu yang hanya US$ 25,86 miliar.
Utang BUMN non-lembaga keuangan tersebut melampaui utang swasta non-LK secara keseluruhan yang hanya tumbuh 11,43% (yoy) dan utang swasta lain non-BUMN yang tumbuh minimalis 2,15%.
Namun, untuk posisi utang lembaga keuangan non-bank (LKBB), utang BUMN tumbuh 4,4% di bawah pertumbuhan utang LKBB sebesar 11,5% dan LKBB lainnya yang tumbuh hingga 15,6%. Dalam laporan yang ditulis 11 September 2019, Moody's Investor Service (Moody's) menyebutkan bahwa BUMN di Indonesia menunjukkan performa utang yang mengkhawatirkan karena memiliki kemampuan manajemen utang implisit paling rendah dibandingkan dengan negara lain.
Hal ini terutama mengingat banyak perusahaan pelat merah di Tanah Air yang mengalami masalah terkait tingginya rasio utang, seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Tabel di atas menunjukkan sejak Desember 2014 hingga paruh pertama tahun ini, jumlah utang PT Hutama Karya (Persero) melesat 1061,76% alias lebih dari 11 kali lipat menjadi Rp 58,3 triliun dari sebelumnya Rp 5,02 triliun.
Lalu diikuti oleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang meningkat 960,84% ke level Rp 103,72 triliun di semester I-2019 dari Rp 9,78 triliun di Desember 2018. BUMN karya mencatatkan pertumbuhan utang paling tinggi, tapi dari sisi total nilai maka emiten BUMN perbankan menduduki posisi teratas.
Namun emiten perbankan mencatatkan jumlah utang paling besar, apalagi bank BUKU IV, tapi itu merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK) dicatatkan dalam struktur liabilitas.
Selain itu rasio utang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio beberapa BUMN juga membengkak dalam lima tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/gus) Next Article Aduh, Utang Luar Negeri BUMN Makin Meroket!
ULN BUMN tumbuh dobel digit dipicu oleh tingginya pertumbuhan ULN BUMN Bank dan BUMN Non Lembaga Keuangan.
Mengutip BI, ULN Indonesia pada akhir triwulan III 2019 tercatat sebesar US$ 395,6 miliar, terdiri dari ULN publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar US$ 197,1 miliar, serta ULN swasta (termasuk BUMN) sebesar US$ 198,5 miliar.
Walau ULN Swasta melambat ternyata utang BUMN melesat drastis. Sebagai contoh utang Bank BUMN pada September tahun lalu tercatat US$ 5,82 miliar. Kini, jumlahnya naik 20,4% menjadi US$ 7,01 miliar atau setara Rp 98 triliun.
Pertumbuhan utang bank BUMN melebihi pertumbuhan utang bank total dan bank swasta lainnya yang masing-masing hanya tumbuh 5,62% dan 2,38% (yoy).
Utang BUMN non-lembaga keuangan (LK) juga tumbuh signifikan di atas pertumbuhan utang swasta non-bank. Posisi utang BUMN non-bank pada September tahun ini mencapai US$ 39,88 miliar (setara Rp 558 triliun) atau meningkat 50,02% dibanding posisi yang sama tahun lalu yang hanya US$ 25,86 miliar.
Utang BUMN non-lembaga keuangan tersebut melampaui utang swasta non-LK secara keseluruhan yang hanya tumbuh 11,43% (yoy) dan utang swasta lain non-BUMN yang tumbuh minimalis 2,15%.
Namun, untuk posisi utang lembaga keuangan non-bank (LKBB), utang BUMN tumbuh 4,4% di bawah pertumbuhan utang LKBB sebesar 11,5% dan LKBB lainnya yang tumbuh hingga 15,6%. Dalam laporan yang ditulis 11 September 2019, Moody's Investor Service (Moody's) menyebutkan bahwa BUMN di Indonesia menunjukkan performa utang yang mengkhawatirkan karena memiliki kemampuan manajemen utang implisit paling rendah dibandingkan dengan negara lain.
Hal ini terutama mengingat banyak perusahaan pelat merah di Tanah Air yang mengalami masalah terkait tingginya rasio utang, seperti PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Tabel di atas menunjukkan sejak Desember 2014 hingga paruh pertama tahun ini, jumlah utang PT Hutama Karya (Persero) melesat 1061,76% alias lebih dari 11 kali lipat menjadi Rp 58,3 triliun dari sebelumnya Rp 5,02 triliun.
Lalu diikuti oleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang meningkat 960,84% ke level Rp 103,72 triliun di semester I-2019 dari Rp 9,78 triliun di Desember 2018. BUMN karya mencatatkan pertumbuhan utang paling tinggi, tapi dari sisi total nilai maka emiten BUMN perbankan menduduki posisi teratas.
Namun emiten perbankan mencatatkan jumlah utang paling besar, apalagi bank BUKU IV, tapi itu merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK) dicatatkan dalam struktur liabilitas.
Selain itu rasio utang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio beberapa BUMN juga membengkak dalam lima tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/gus) Next Article Aduh, Utang Luar Negeri BUMN Makin Meroket!
Most Popular