Sekitar tahun 1975, lokasi pembelahan atau pemotongan kapal di daerah Cilincing, Jakarta Utara, ramai didatangi oleh pengusaha-pengusaha yang menjadi pengepul lempengan besi tua. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Kawasan Belah Kapal bukan lokasi wisata apalagi spot selfie. Mereka yang bekerja merupakan pekerja keras yang tidak mengenal kata kehabisan akal. Dengan alat sederhana mereka mendulang rupiah. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Pekerja di Kawasan Belah Kapal bisa teridentifikasi secara langsung. Kaum pria mayoritas memegang tongkat las dan duduk di bangku alat berat. Sementara kaum hawa kebanyakan membawa keranjang dan tongkat bermagnet. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Pantauan CNBC Indonesia di lapangan sangat memperihatinkan. Ibu Nimah, pekerja di lokasi tersebut mengatakan, harga per kilogram Rp 200. "Biasanya seharian itu cuma dapet 1 sampai 5 karung itupun paling cuma dapet Rp 20 ribu sehari, tapi apa boleh buat ini jalan hidup kami, alhamdulillah masih bisa makan sehari-hari," katanya (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Di area seluas hampir 500 meter persegi itu terlihat hanya besi, mesin kapal, alat las, tubuh kapal, potongan besi, dan tabung gas. Berdebu, panas, asap, menjadi pemandangan biasa yang dihadapi para pekerja. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)