Jokowi Dongkol RI Impor Cangkul, Airlangga: Itu Teknis

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
07 November 2019 14:41
Tanggapan itu disampaikan Airlangga kepada wartawan di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (Humas Kemenko Perekonomian)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan tanggapan perihal kedongkolan Presiden Joko Widodo terkait impor cangkul. Tanggapan itu disampaikan Airlangga kepada wartawan di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (7/11/2019).

"Cangkul itu teknis," ujarnya.

Ketua Umum Partai Golongan Karya itu menambahkan, industri dalam negeri bisa memproduksi cangkul dalam jumlah banyak. Salah satunya adalah PT Barata Indonesia (Persero), badan usaha milik negara (BUMN).

"Tapi yang paling penting adalah off taker-nya, yang terserap itu kira-kira 500 ribu. Nanti akan kita tingkatkan lewat tim TKDN (tingkat komponen dalam negeri) itu user-nya ditambah," kata Airlangga.


Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menambahkan masalah cangkul ini membutuhkan kesadaran bersama baik dari pengguna hingga kementerian/lembaga. Kesadaran yang dimaksud bahwa produksi dalam negeri sudah siap dan bisa menyuplai kebutuhan cangkul yang ada di Indonesia.

"Ini saya kira tugasnya tim petugas TKDN. Sekarang yang akan kami dorong adalah mengkampanyekan produk-produk dalam negeri agar bisa diprioritaskan dalam belanja-belanja baik belanja modal maupun barang baik itu yang gunakan APBN dan belanja-belanja dilakukan lembaga-lembaga, perusahaan khususnya BUMN, itu kita akan secara masif lakukan kampanye. Kebetulan saya ketua TKDN," ujar Agus.



Sebelumnya, Jokowi memberikan arahan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2019 di Jakarta Convention Center, Rabu (6/11/2019). Dalam arahannya, Jokowi menyinggung sejumlah hal, salah satunya impor cangkul.

Eks Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan desain industri usaha mikro kecil dan menengah harus didesain dengan tepat. Sehingga tidak perlu mengimpor alat-alat yang sejatinya bisa diproduksi industri dalam negeri.

"Misalnya urusan pacul, cangkul, masak kita impor. Apakah tidak bisa didesain industri UMKM kita, buat pacul tahun depan saya beli ini puluhan ribu. Cangkul, pacul dibutuhkan masih impor. Apakah negara kita sebesar ini industrinya berkembang, bener pacul harus impor?," tanya Jokowi.

Ia mengaku jengkel dengan fakta yang didapatkan di lapangan. Padahal, rentetan impor yang terjadi selama ini telah membuat defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) membengkak.

"Enak banget itu negara yang di mana barang itu kita impor. Kita masih defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan. Impor yang seperti itu kita sambil tidur buat pacul," kata Jokowi. "Impor enak banget. Karena harga murah, artinya yang mengimpor untung lebih gede tapi lapangan kerja jadi ilang," lanjutnya.

Jokowi mengaku tidak senang dengan kondisi ini. Menurutnya, Indonesia sudah tidak bisa lagi melakukan rutinitas lama dengan terus-terusan mengimpor barang di tengah kondisi CAD yang memprihatinkan.

"Kita masih senang impor padahal neraca perdagangan kita deficit, CAD kita defisit; tapi kita hobi impor kebangetan banget. Uangnya pemerintah lagi. Kebangetan. Kalau itu masih diteruskan, kebangetan," tegasnya.

[Gambas:Video CNBC]




(miq/sef) Next Article Menko Airlangga Ungkap 'Obrolan' di Jamuan Makan Siang Jokowi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular