Penerimaan Negara Selalu Meleset, Target Ketinggian?

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
02 November 2019 17:30
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan defisit anggaran tahun ini akan melebar menjadi 2%-2,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Foto: Sri Mulyani di Hari Oeang (Twitter Kementerian Keuangan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan defisit anggaran tahun ini akan melebar menjadi 2%-2,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit ini melebar dari target di APBN 2019 sebesar 1,87% dan outlook 1,93%.

Defisit ini tentunya membuat target penerimaan negara kembali tidak akan tercapai di tahun ini. Justru yang terjadi adalah shortfall atau kekurangan penerimaan yang akan semakin melebar.

Adapun target penerimaan negara tahun ini sebesar Rp 2.165,1 triliun. Penerimaan ini terdiri dari penerimaan perpajakan (Pajak dan Bea Cukai) Rp 1.786,4 triliun, PNBP Rp 378,3 triliun dan Hibah Rp 400 miliar.

Sri Mulyani pun mengakui shortfall terbesar akan berasal dari penerimaan pajak. Apalagi, pada 2019, pemerintah menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp 1.577,56 triliun. Namun hingga Agustus lalu penerimaan negara dari pajak baru mencapai Rp 920,2 triliun atau 50,78% dari target APBN.


Namun, Sri Mulyani mengakui bahwa target penerimaan negara yang ditetapkan pemerintah pada tahun ini sangat realistis. Sebab, saat target disusun, pemerintah tidak memprediksi bahwa kondisi perekonomian akan seperti ini.

"Di dalam kita menetapkan target ada basis dari perhitungannya dan kemudian kita diskusikan dengan DPR, sehingga kita kita bisa menetapkan target tersebut. Bukan hanya dari sisi pure ekonomi tapi juga dari suatu proses politik yang dilakukan bersama-sama," ujarnya di Kemenkeu, Sabtu (2/11/2019).

Dengan kondisi perekonomian global yang menekan saat ini, maka pemerintah juga melihat bagaimana untuk penyusunan tahun berikutnya.

"Kedua kondisi ekonomi kan bisa saja berubah seperti yang terjadi tahun 2019 ini dimana akselerasi dari perlambatan global mempengaruhi ekonomi dalam negeri, sehingga itu kalau kita lihat dari berbagai asumsi harga komoditas, minyak, itu juga berubah secara dinamis. Sehingga memang di dalam memperkirakan kita akan selalu akan dihadapkan pada kondisi ketidakpastian itu," tambahnya.


Namun, ia menekankan bahwa saat ini yang paling penting adalah fungsi dari APBN sendiri untuk menjaga ekonomi agar tetap berkelanjutan. Selain itu akan tetap berupaya untuk mengumpulkan penerimaan paling tidak mendekati dari target APBN saat ini.

"Itu yang paling penting, karena dari sisi angka, terutama dari sisi penerimaan itu enggak akan mungkin terjadi akurasi karena ekonomi bergerak. Namun kita juga akan terus mencoba mendekati apa yang sudah ditargetkan," kata dia.

"Dan juga kita fokusnya APBN itu adalah instrumen, sehingga dia tidak jadi obsesi harus persis sama namun bagaimana kinerja ekonominya sendiri. Apakah pertumbuhan masih bisa terjaga, apakah kemiskinan turun, kesempatan kerja terjadi, itu yang kita lakukan," tegasnya.

[Gambas:Video CNBC]



(dob/dob) Next Article Top! Sri Mulyani Ungkap Capaian APBN 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular