BUMN Lagi Carut Marut, Ini Sederet PR Erick-Tiko-BGS

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
02 November 2019 11:18
BUMN Lagi Carut Marut, Ini Sederet PR Erick-Tiko-BGS
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melantik Erick Thohir sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang baru menggantikan Rini Soemarno. Tak hanya itu, Jokowi juga melantik dua orang lainnya untuk membantu Erick sebagai Wakil Menteri BUMN.

Keduanya adalah Kartika Wirjoatmodjo yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan Budi Gunadi Sadikin mantan Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero).

Tentunya, tugas Erick dan kedua Wamennya tidaklah mudah, apalagi selama ini banyak perusahaan BUMN yang merugi. Bahkan, beberapa Direktur BUMN sering sudah terjerat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

Oleh karenanya, ia menyebutkan akan menyehatkan semua perusahaan BUMN yang selama ini sakit. Pasalnya, ia menilai bahwa perusahaan plat merah tersebut harus bisa menjadi lokomotif pembangunan sekaligus bisa membukukan keuntungan.

BUMN Lagi Carut Marut, Ini Sederet PR Erick-Tiko-BGSFoto: BGS, Budi Gunadi Sadikin dan Kartiko Wiryoatmojo (CNBC Indonesia/Chandra Gian Asmara)


"Di lain pihak lain belajar korporasi kan profit oriented, tapi ini realitanya BUMN itu lokomotif pembangunan Indonesia yang kontradiksi nggak ketemu. Apalagi pembangunan jangka panjang ROI-nya (return on investment) nggak ketemu tapi yang pasti kita agent of change Indonesia. Bagaimana jadi pusat kinerja kesejahteraan masyarakat Indonesia," kata Erick, saat memberikan sambutan serah terima jabatan Menteri BUMN, Rabu (23/10/2019).

Saat menyampaikan sambutan Erick juga menyampaikan akan membangun ekosistem sehat BUMN. Semua BUMN harus berkolaborasi dan ia juga menyebutkan terbuka dengan semua masukan.

Selain itu, Erick dan kedua wamennya berjanji menyelesaikan 4 fokus utama. Mulai dari PT Asuransi Jiwasraya (Persero), kemudian masalah utang Krakatau Steel, Kilang Cilacap Aramco, dan kereta cepat Jakarta-Bandung.

Menurutnya, ke-4 nya sudah ada KPI (Key Performance Indicator), tapi ada tambahan 8 fokus lagi. Namun, fokus utamanya adalah pembenahan di 4 perusahaan/proyek tadi.

Langkah tegas Erick ini ditunjukkan dengan langsung mengevaluasi semua direksi perusahaan plat merah. Bahkan ia sudah meminta semua direksi BUMN untuk membuat rencana kerja dalam 5 tahun ke depan.

Meskipun menyuratkan akan ada perombakan direksi perusahaan BUMN, Erick menegaskan peluang tersebut tetap memperhatikan prinsip profesionalisme. Proses evaluasi pun masih terus dilakukan hingga saat ini.

Berikut beberapa pekerjaan rumah (PR) Erick Thohir dan kedua Wamennya, mewarisi apa yang sudah dikerjakan Rini Soemarno tapi belum rampung.
1. Nasib Merpati Airlines

PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) kembali jadi sorotan. Kisah maskapai yang berdiri pada 6 September 1962 dan akhirnya ditutup sejak 1 Februari 2014 itu seakan jadi cerminan pekerjaan rumah Kementerian BUMN belum selesai.

Merpati memang mendapat angin segar untuk menjalankan kini bisnis kargo udara kembali setelah pada Rabu (16/10/2019), manajemen Merpati meneken kerja sama dengan 10 perusahaan BUMN.

2. Jiwasraya & Nasib Dana Nasabah Asuransi Jiwasraya

BUMN sektor keuangan yakni PT Asuransi Jiwasraya (Perseroan) yang tengah menghadapi masalah. Asuransi jiwa pelat merah ini terpaksa menunda pembayaran kewajiban polis jatuh tempo.

Problem kesulitan likuiditas menjadi alasan keterlambatan pembayaran yang disampaikan oleh perusahaan asuransi pelat merah tersebut. Keterlambatan pembayaran polis jatuh tempo terdapat di produk bancassurance. Nilainya mencapai Rp 802 miliar.

Ada tujuh bank yang memasarkan produk bancassurance yang diketahui bernama JS Proteksi Plan Jiwasraya, yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), Standard Chartered Bank, PT Bank KEB Hana Indonesia, PT Bank Victoria International Tbk (BVIC), PT Bank ANZ, PT Bank QNB Indonesia dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Sebelumnya, Jiwasraya menawarkan skema roll over kepada pemegang polis yang pembayaran klaimnya ditunda. Produk JS Saving Plan yang ditunggak mencapai Rp 805 miliar.

3. Pos & Nasib Bisnis Logistik Pos Indonesia

Persoalan keuangan juga dialami PT Pos Indonesia (Persero), meskipun tak tercatat dalam bukunya ada kerugian. Merujuk pada laporan keuangan tahunan Pos Indonesia, laba bersih memang selalu dicatat. Setidaknya sejak tahun 2012, laba demi laba terus menghiasi halaman laporan keuangan.

Teranyar, pada tahun 2018, Pos mencatat laba bersih sebesar Rp 127 miliar atau turun dari posisi 2017 sebesar Rp 355 miliar.

Tengok saja arus kas perusahaan kerap kali tercatat negatif. Sepanjang periode 2012-2018, perusahaan pos nasional tersebut hanya mampu membukukan arus kas positif sebanyak tiga kali. Sisanya berwarna merah alias negatif.

Posisi kas Pos Indonesia cenderung mengalami penurunan. Bahkan pada tahun 2018, posisi kas hanya sebesar Rp 2,64 triliun atau terendah sejak tahun 2012.

4. KRAS 'Dijarah' Habis-habisan & 7 Tahun Rugi

Awan mendung masih menggelayuti nasib PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Perusahaan baja milik negara ini bertubi-tubi didera persoalan. Perseroan didera kerugian selama 7 tahun berturut-turut, utang menggunung, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen belum lama ini. Bahkan belakangan, sang komisaris independen ini menyebut KRAS sudah 'dijarah' habis-habisan.

Direktur Utama KRAS Silmy Karim pernah mengatakan perseroan menargetkan efisiensi atau perampingan sekitar 2.400 karyawan organik di perusahaan induk hingga tahun depan, baik itu melalui natural retirement, pengalihan tenaga kerja ke anak perusahaan, maupun program pensiun dini.

Setidaknya ada 800 karyawan yang akan memasuki masa pensiun hingga tahun depan serta pengalihan 600 karyawan dari perusahaan induk ke anak-anak perusahaan KS.

Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar.

5. Sempat Restatement & Sorotan Kinerja Garuda

Emiten penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) belakangan jadi sorotan publik karena menyajikan laporan keuangan tahun buku 2018 tak sesuai dengan standar akuntansi. Persoalan ini sudah selesai, setelah Garuda akhirnya menyajikan ulang (restatement) laporan keuangan tahun buku 2018.

Dalam penyajian ulang laporan keuangan tersebut, Garuda mencatatkan kerugian, bukan untung seperti yang dilaporkan sebelumnya.

Setelah ada penyesuaian pencatatan, maskapai penerbangan ini merugi US$ 175 juta atau setara Rp 2,45 triliun (kurs Rp 14.004/US$) tahun 2018.

Beruntung pada kuartal I-2019 kinerja Garuda mulai membaik. Sepanjang semester pertama 2019 Garuda juga akhirnya kembali mencatatakan untung senilai US$ 24,11 juta atau Rp 337,59 miliar (dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Laba bersih ini berhasil dikantongi setelah di periode yang sama tahun lalu perusahaan mencatatkan kerugian bersih senilai US$ 116,85 juta. Pendapatan perusahaan naik tipis sebesar 9,74% secara year on year (YoY) menjadi US$ 2,19 miliar (Rp 30,70 triliun). Naik dari US$ 1,99 miliar (Rp 27,98 triliun).

6. Rugi Indofarma & Anjloknya Laba Kimia Farma

Kerugian yang diderita PT Indofarma Tbk (INAF) dalam 3 tahun terakhir membawa sahamnya anjlok hingga 83% sepanjang tahun ini hingga Kamis (17/10/2019), mengacu data BEI. Sejak tahun 2016, INAF sudah tidak pernah mencicipi manisnya laba bersih meski pendapatan naik-turun.

Kinerja INAF bahkan lebih parah dari PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF). Pasalnya perusahaan yang awalnya mencatatkan rapor biru pada semester I-2018, kini malah membukukan rapor merah alias merugi di semester I-2019.

Melansir laporan keuangan, sepanjang paruh pertama 2019 total kerugian INAF sebesar Rp 24,36 miliar, dari sebelumnya mengantongi keuntungan senilai Rp 253,19 juta di semester I-2018. Untuk KAEF, semester I-2019, laba perusahaan justru anjlok 68,57% secara tahunan ke level Rp 47,75 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 151,92 miliar.

Guna meningkatkan kinerja emiten farmasi, Kementerian BUMN pun akan menyelesaikan pembentukan induk usaha (holding) BUMN farmasi. PT Bio Farma (Persero) akan ditunjuk sebagai induk usaha membawahi Kimia Farma dan Indofarma. Presiden Jokowi sudah meneken PP soal suntikan modal ke Bio Farma.

Holding BUMN Farmasi menjadi PR yang belum selesai, bersamaan dengan holding BUMN sektoral lain setelah sebelumnya sudah terbentuk holding BUMN pupuk, semen, dan tambang.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular