Aksi protes anti-pemerintah di Santiago, Chile makin memanas beberapa jam setelah Presiden Chile Sebastian Pinera mengumumkan perombakan kabinet pemerintahnya yang terjadi Senin (28/10/2019). (REUTERS/Henry Romero)
Aksi protes didasari ketimpangan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Chile. Dalam upaya untuk meredakan krisis politik tersebut, Presiden Pinera menggati 8 anggota kabinetnya, termasuk menteri dalam negeri dan menteri keuangan. (REUTERS/Henry Romero)
Ketika Presiden Pinera berbicara, para demonstran sudah mulai berkumpul di luar istana kepresidenan di Santiago, mengibarkan bendera dan menyerukan akan penggantian presiden. Para demonstran dengan cepat dibubarkan oleh pasukan keamanan dengan gas air mata dan meriam air. (REUTERS/Henry Romero)
Aksi protes semakin memanas saat sebuah gedung mall ikut terbakar di tengah aksi demo tersebut. Sebuah gedung hotel yang terletak di sebelah pusat perbelanjaan dievakuasi. (REUTERS/Edgard Garrido)
Aksi protes Chile di minggu sebelumnya telah memakan 12 korban jiwa. Ribuan orang juga telah ditangkap dan ditahan oleh pihak polisi dari mulainya aksi protes seminggu lalu. (REUTERS/Henry Romero)
Dalam surat terbuka, 150 profesor hukum Chile mengutuk pelanggaran hak asasi manusia yang serius atas penanganan para demonstran oleh pihak polisi Chile. Perserikatan Bangsa-Bangsa dikabarkan akan mengirim sebuah tim untuk menginvestigasi klaim tersebut. (REUTERS/Edgard Garrido)
Karena protes yang terus terjadi, Presiden Pinera mengumumkan negara dalam "keadaan darurat". Ia mengerahkan personel militer dan menetapkan jam malam untuk meredakan aksi protes. (REUTERS/Rodrigo Garrido)
Jam malam sempat diberlakukan selama beberapa hari di Chile. (REUTERS/Henry Romero)