Jual Batik Go International, Pengusaha Ini Cuma Bermodal KTP

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
18 October 2019 19:12
Batik menjadi salah satu kerajinan unik buatan Indonesia yang semakin digandrungi hingga mancanegara.
Foto: Batik Al Warits Bangkalan (Yuni Astutik)
Jakarta, CNBC Indonesia- Batik menjadi salah satu kerajinan unik buatan Indonesia yang semakin digandrungi hingga mancanegara. Salah satu batik buatan Warisatul Hasanah (30) ini contohnya, yang telah diekspor hingga Amerika Serikat (AS).

Sekilas tak ada yang berbeda dengan batik buatan Waris, perempuan asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur ini. Batik khas Bangkalan yang dia jajarkan di booth miliknya dalam Trade Expo Indonesia (TEI) ke 34 di ICE BSD sudah didatangi banyak peminat dari berbagai negara.

Aroma khas rempah-rempah menjadi pemanis batik miliknya, selain corak flora dan fauna yang memang menjadi "trade mark" batik Bangkalan. Aroma tersebut menenangkan, kaya akan unsur rempah dengan aroma yang khas. Menurutnya, aroma tersebut bisa tahan hingga empat tahun lamanya.

"Aroma itu berasal dari kayu gaharu, kayu cendana, 3 jenis bunga (mawar, melati dan cempaka) serta cengkih. Wanginya jadi khas banget," katanya dengan dialek Madura yang kental, saat ditemui di lokasi, BSD, Tangerang, Jumat (18/10/2019).


"Al-Warits, Batik Aromatherapy" adalah brand yang dia usung dan memiliki cerita panjang. Tahun 2008, Waris yang kala itu baru memulai kuliah di Perbanas Surabaya sudah bertekad untuk memulai usaha. Dia ingin memiliki penghasilan sendiri, karena ingin sekolah tanpa mengandalkan orang tua.

"Modalnya waktu itu KTP. Orang tua jual batik kecil-kecilan, saya ambil untuk contoh. Kalau ada yang mau, saya ambil batik dari, lalu tinggalkan KTP ke penjual batiknya langsung," kenangnya.

Beruntung, penjual tersebut percaya dan "gadai" KTP ini berlangsung hingga 3 kali sampai akhirnya dia mempunyai modal sendiri. Dari uang yang terkumpul itulah, dia memulai membuat batik. Usahanya juga tak berjalan mulus, karena harus melewati trial and error hingga beberapa waktu lamanya.

Beberapa tahun berselang, jalan panjang akhirnya membawa Waris mencicip manisnya skala ekspor. Tahun 2013 pertama kali dirinya ekspor batik buatannya ke Malaysia. Tak berhenti sampai situ, batik buatannya juga diminati pembeli dari Australia, Malaysia, Singapura, Amerika hingga Korea.

Untuk harga, batik buatannya memang terbilang mahal. Apalagi untuk aromaterapi yang bisa bertahan hingga 4 tahun. Batik itu dijual dengan harga Rp 30 juta. Mahal, karena proses pembuatan hingga 6 bulan, sampai rempah-rempah yang digunakan sebagai bahan baku. Untuk batik aromaterapi biasa, dia jual mulai Rp 750 ribu. Sementara batik tanpa aromaterapi dia jual Rp 100 ribu hingga Rp 5 juta.

"Mahal karena Prosesnya lama, selain pembuatan motif batik, prosesnya juga direbus, dikukus sampai airnya mengering, hingga diratus," jelasnya.

Meski sudah terbilang sukses, Waris tak tinggal diam. Dia terus melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah memperluas pasar dan rajin mengikuti sejumlah pameran. Salah satunya adalah pameran di TEI ke-34 yang menurutnya membuat batik buatannya semakin dilirik.

"Saat pameran sudah ada beberapa negara yang tertarik, calon pembeli dari India, Thailand, China, Ghana, Chili hingga Kanada," katanya.

Waris juga merupakan peserta pelatihan di bawah naungan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank melalui program Coaching Program For New Exporter (CPNE). Dia ingin lebih mengetahui lebih dalam, bagaimana seluk beluk ekspor.

Sementara itu, untuk menggenjot produksi, Waris dibantu oleh sekitar 200 orang di desanya. Mereka adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) atau masyarakat yang awalnya tak memiliki pekerjaan.


Saat disinggung berapa omset per bulan, dia enggan menyebut secara pasti. Sebab, uang yang dia peroleh dari hasil jualan batik tak hanya miliknya, tapi masyarakat yang menjadi pengrajin di desanya.

"Sekitar Rp 500 jutaan per bulan, tapi bisa lebih. Pokoknya yah bisa naik terus," ujarnya lagi.

Waris kini semakin bersemangat mengembangkan usaha batiknya. Tujuannya jelas, bisa menembus semakin banyak negara tujuan. Dia berharap, rencana tersebut didukung pemerintah terkait dengan tarif cukai yang berlaku untuk ekspor.

"Saya selalu bayar tarif cukai, belum pernah ngerasain yang dibilang bisa free itu seperti apa," tegasnya.

[Gambas:Video CNBC]


(dob/dob) Next Article LPEI Ketiban Mandat Baru, Kelola Dolar Eksportir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular