
Tangkis Banjir Impor Buah, Ini Taktik Pemerintah
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
03 October 2019 19:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah fokus untuk mendorong pengembangan hortikultura. Selain bisa menggenjot ekspor, juga bisa menjadi cara mengurangi ketergantungan pada impor buah dan sayur.
Dari data BPS, nilai ekspor hortikultura sebesar US$ 439 juta, namun nilai impor hortikultura mencapai US$ 2,3 miliar pada 2018.
Asisten Deputi Agribisnis Kemenko Perekonomian Yuli Dwi Wilanti mengatakan komoditas hortikultura mempunyai keunggulan nilai tambah tinggi dibanding produk pertanian lain.
Tanaman hortikultura tidak membutuhkan lahan luas untuk dibudidayakan. Sebagai contoh, bawang merah memiliki produktivitas 10,2 ton/ha sementara padi hanya 5,5 ton/ha.
"Demand pasar luar negeri sangat terbuka luas, tapi kita belum bisa memenuhi kebutuhan itu. Karena itu kita melihat dari keunggulan daya saing yang punya nilai tambah tinggi dibanding produk pertanian lain," kata Yuli dalam sebuah diskusi, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Kendala saat ini adalah sebaran lahan tanaman hortikultura tidak terfokus sehingga menghambat untuk dikembangkan ke produk ekspor. Cara ini bisa disiasati dengan pembentukan cluster khusus untuk tanaman hortikultura berorientasi ekspor.
"Kita fokuskan untuk varietas apa, misal mangga. Itu coba kita mulai karena sekarang mau cari jeruk ada di mana-mana, mau mencari mangga ada di mana mana. Tapi mana prioritas ekspor kita akan pilah, komoditas yang dedicated untuk ekspor mana, komoditas yang dedicated untuk pasar dalam negeri mana," katanya.
Namun, rencana pengklusteran juga bukan sesuatu yang mudah sebab tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan gejolak di masyarakat yang tidak ingin lahannya ditanami komoditas tertentu. Menanggapi hal ini, Yuli mengatakan pemerintah akan melakukan pendekatan dan melakukan sosialisasi mengenai manfaat cluster tersebut.
"Kita akan memberikan contoh, ini loh manfaat dari clustering. Mereka tetap punya lahan, tetap bisa berusaha dan melakukan budidaya sesuai keinginan. Hanya saja mereka akan dikumpulkan dalam satu kawasan luas supaya lebih efisien," jelasnya.
Produk hortikultura yang paling banyak diekspor di antaranya manggis, kapulaga, pisang, nanas, dan cabai. Namun, untuk komoditas mana yang diprioritaskan, hal ini masih perlu dibahas lebih lanjut untuk dibuat dalam grand design karena memperhatikan ketersediaan existing lahan dan bagaimana penyebarannya nanti.
(hoi/hoi) Next Article Impor Buah dan Sayur Rp2,4 Triliun, Sayuran Ini Juaranya
Dari data BPS, nilai ekspor hortikultura sebesar US$ 439 juta, namun nilai impor hortikultura mencapai US$ 2,3 miliar pada 2018.
Asisten Deputi Agribisnis Kemenko Perekonomian Yuli Dwi Wilanti mengatakan komoditas hortikultura mempunyai keunggulan nilai tambah tinggi dibanding produk pertanian lain.
Tanaman hortikultura tidak membutuhkan lahan luas untuk dibudidayakan. Sebagai contoh, bawang merah memiliki produktivitas 10,2 ton/ha sementara padi hanya 5,5 ton/ha.
"Demand pasar luar negeri sangat terbuka luas, tapi kita belum bisa memenuhi kebutuhan itu. Karena itu kita melihat dari keunggulan daya saing yang punya nilai tambah tinggi dibanding produk pertanian lain," kata Yuli dalam sebuah diskusi, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Kendala saat ini adalah sebaran lahan tanaman hortikultura tidak terfokus sehingga menghambat untuk dikembangkan ke produk ekspor. Cara ini bisa disiasati dengan pembentukan cluster khusus untuk tanaman hortikultura berorientasi ekspor.
"Kita fokuskan untuk varietas apa, misal mangga. Itu coba kita mulai karena sekarang mau cari jeruk ada di mana-mana, mau mencari mangga ada di mana mana. Tapi mana prioritas ekspor kita akan pilah, komoditas yang dedicated untuk ekspor mana, komoditas yang dedicated untuk pasar dalam negeri mana," katanya.
Namun, rencana pengklusteran juga bukan sesuatu yang mudah sebab tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan gejolak di masyarakat yang tidak ingin lahannya ditanami komoditas tertentu. Menanggapi hal ini, Yuli mengatakan pemerintah akan melakukan pendekatan dan melakukan sosialisasi mengenai manfaat cluster tersebut.
"Kita akan memberikan contoh, ini loh manfaat dari clustering. Mereka tetap punya lahan, tetap bisa berusaha dan melakukan budidaya sesuai keinginan. Hanya saja mereka akan dikumpulkan dalam satu kawasan luas supaya lebih efisien," jelasnya.
Produk hortikultura yang paling banyak diekspor di antaranya manggis, kapulaga, pisang, nanas, dan cabai. Namun, untuk komoditas mana yang diprioritaskan, hal ini masih perlu dibahas lebih lanjut untuk dibuat dalam grand design karena memperhatikan ketersediaan existing lahan dan bagaimana penyebarannya nanti.
(hoi/hoi) Next Article Impor Buah dan Sayur Rp2,4 Triliun, Sayuran Ini Juaranya
Most Popular