Media Asing Ini Soroti Komitmen Reformasi Jokowi

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 October 2019 17:13
Media asing kembali menyoroti Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Foto: Preskon Jokowi RUU KPK
Jakarta, CNBC Indonesia - Media asing kembali menyoroti Presiden Joko Widodo (Jokowi). The Economist dalam opininya, memberi sorotan tajam pada Presiden RI ke-7 ini.

Dengan artikel berjudul "Kemana tokoh reformis yang terpilih kembali di Indonesia akan pergi?" media internasional ini menyoroti arah kebijakan Jokowi di periode keduanya menjadi presiden.

Seraya memuat sub judul "Jokowi menyetujui segala macam pelanggaran, dari korupsi institusional hingga pembantaian lingkungan", media AS ini mempertanyakan sikap permisif Jokowi.


Saat baru terpilih, media ini menyebut Jokowi sebagai sosok reformis. Di mana ia tidak terikat dengan politik, militer maupun pebisnis. Hal ini membuat Jokowi bisa memenangkan hati rakyat.
Namun menurut The Economist, apa yang dilakukan Jokowi kini berbeda dengan citranya, terutama soal korupsi.

"Pada awal kepemimpinannya, Jokowi juga mendukung indenpendensi dan kebebasan KPK. Namun, itu sebelum kepala polisi, yang dekat dengan pelindungnya, Megawati Sukarnoputri dijadikan target penyelidikan kasus korupsi" tulis The Economist.


Media ini pun menyoroti perubahan status pegawai KPK menjadi pegawai negeri sipil. Termasuk kepala baru KPK, seorang perwira senior di kepolisian, yang kontroversial. Belum lagi penyadapan KPK yang harus diawasi dewan pengawas yang dipilih oleh presiden.

Memang tuntutan mahasiswa bukan hanya KPK saja dalam demonstrasi. Ada banyak hal lain, mulai dari RUU KUHP, kebakaran hutan dan kerusuhan di Papua.

"Jadi apa yang dipikirkan Jokowi? Dia membenci sisi politisasi dari pekerjaannya: mungkin dengan menempatkan KPK di kaki akan membuatnya lebih mudah untuk menenangkan pihak-pihak yang menuntut dalam koalisinya," tulis The Economist.

"Gairah sejati (Jokowi) terletak pada (pembangunan) jalan, pelabuhan, dan pembangkit listrik baru - apa saja untuk mendorong pertumbuhan hingga 7% setahun yang tetap menjadi sasaran obsesifnya. Reformasi institusional jelas bukan agenda di periode kedua," ujar opini itu.

"Jika mengabaikan apa yang diminta (para pendemo), Jokowi tidak lagi terlihat seperti seorang reformis," tutup media itu.

[Gambas:Video CNBC]


(sef/sef) Next Article Jokowi vs The Economist

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular