Round Up

Harga Emas Kinclong di Tengah Ramalan Buruk Batu Bara & Sawit

Redaksi, CNBC Indonesia
28 September 2019 07:57
Harga Emas Kinclong di Tengah Ramalan Buruk Batu Bara & Sawit
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan hubungan dagang AS dan China yang terus berlangsung makin menurunkan volume perdagangan dunia serta menekan harga komoditas.

Indikator perdagangan memperlihatkan adanya perlambatan World Trade Volume (WTV) yang terus berlanjut. Saat ini telah terjadi trade diversion, namun penurunan ekspor akibat berlanjutnya ketegangan hubungan dagang AS-China tetap terjadi.

"Terdapat indikasi Supply Chain Shifting pada negara Asia yang tercermin dari peningkatan ekspor China ke negara- negara ASEAN dan peningkatan ekspor dari negara-negara ASEAN ke AS," tulis Bank Indonesia, dalam laporan Tinjauan Kebijakan Moneter TKM September 2019 yang dikutip Sabtu (28/9/2019)

Kabar buruk masih menghantui harga komoditas ekspor Indonesia. Sebagian besar komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan harga. Hanya terlihat harga karet yang sudah positif.

Berikut Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia :

Waspada! Ada Ramalan Buruk untuk Batu Bara & Sawit IndonesiaFoto: Dok BI


Penurunan harga batu bara berpotensi lebih dalam akibat tingginya inventory, terutama India dan China dan penurunan permintaan global.

"Harga CPO juga berpotensi turun lebih besar karena perbaikan permintaan yang tidak setinggi perkiraan meski pasokan menurun seiring dengan kekeringan sejumlah wilayah karena El Nino," tulis BI.

Penurunan harga aluminium didorong oleh perbaikan pasokan seiring peningkatan pasokan dari Rusia (Rusal) dan Brazil (Alunorte) setelah embargo terhadap produsen tersebut dicabut.

Selain itu, penurunan harga aluminium juga disebabkan oleh penambahan kapasitas baru refinery aluminium di China.

"Harga komoditas logam lainnya juga masih dalam tren menurun seiring dengan perlambatan ekonomi global dan ketidakpastian pasar keuangan global yang pada gilirannya menyebabkan penurunan harga komoditas."

HALAMAN SELANJUTNYA >> Bagaimana Emas? (NEXT)





Dalam sepekan terakhir, harga emas sudah melonjak 1,43%. Oleh karena itu, wajar jika investor mencoba mencairkan keuntungan. Harga emas pun turun akibat tekanan jual.

Namun ke depan bukan tidak mungkin harga emas kembali bergerak ke utara. Pasalnya, isu resesi ekonomi semakin santer terdengar di pasar.

Di Eropa, angka pembacaan awal Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Jerman versi Markit periode September ada di 41,4. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5.

Sementara PMI gabungan berada di 49,1. Juga turun dibandingkan Agustus yang sebesar 51,7.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, berarti dunia usaha sedang optimistis sehingga akan melakukan ekspansi. Namun kalau di bawah 50 ya kebalikannya.

Sementara di Prancis, pembacaan awal PMI manufaktur untuk September adalah 50,3. Masih optimistis, angkanya di atas 50. Namun optimisme itu sedikit pudar karena pada Agustus angkanya adalah 51,1.

Demikian pula untuk PMI gabungan, yang berada di 51,3 pada September. Dunia usaha Negeri Anggur memang masih pede, tetapi tingkat kepedean itu turun karena bulan sebelumnya masih 52,9.

Sementara di AS, peluang menuju resesi semakin tinggi. Survei yang dilakukan Universitas Duke terhadap 225 Chief Financial Officer (CFO) perusahaan di AS menunjukkan bahwa 53% responden meyakini Negeri Paman Sam akan mengalami resesi pada akhir kuartal III-2020.

Survei dari Bank of Amerika Merrill Lynch Global Fund Manager menunjukkan, 38% dari 100 manajer perusahaan yakin resesi bakal terjadi. Sementara itu jajak pendapat yang dilakukan ABC News/Washington Post awal bulan lalu menyebutkan enam dari 10 warga AS percaya resesi akan datang tahun depan.



Jerman Resesi di Kuartal III-2019? Emas Bisa Kian BersinarGrafik: Emas (XAU/USD) Harian
Sumber: investing.com

Pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan mulai bergerak naik kembali. Histogram sudah masuk ke wilayah positif, Indikator tersebut menunjukkan emas mulai mengumpulkan momentum penguatan. 


Jerman Resesi di Kuartal III-2019? Emas Bisa Kian BersinarGrafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8 tetapi di atas MA 21 tetapi masih di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold). 

Emas kini bergerak di kisaran US$ 1.521/troy ons. Jika kembali bergerak konsisten di atas level tersebut, emas berpeluang naik dan menguji kembali level US$ 1.526/troy ons. 

Peluang ke area US$ 1.530/US$ hingga ke US$ 1.534/troy ons menjadi terbuka jika logam mulia mampu menembus konsisten di atas US$ 1.526/troy ons. Sementara kalau emas terus tertahan di bawah level US$ 1.521/troy ons target penurunan yang dituju US$ 1.516 sampai US$ 1.512/troy ons.


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular