Serangan pesawat tak berawak atau drone yang meledakkan dua fasilitas minyak Aramco di Arab Saudi bagian timur pada Sabtu (14/09/19) telah mendapatkan perhatian dan reaksi besar dari tidak hanya Arab Saudi, namun juga Amerika Serikat. (U.S. Government/DigitalGlobe/Handout via REUTERS)
Serangan terhadap pabrik pemrosesan minyak dan gas di Khurais dan Abqaiq menurunkan sekitar 5,7 juta barel per hari (bpd) dari total produksi minyak Saudi dan merupakan lebih dari lima persen dari pasokan minyak mentah dunia yang akan memakan waktu berminggu-minggu untuk dipulihkan. (U.S. Government/DigitalGlobe/Handout via REUTERS)
Serangan ke Arab Saudi yang memicu lonjakan harga minyak terbesar dalam hampir 30 tahun sebesar 12 persen diberitakan telah dilakukan dengan senjata buatan Iran. (U.S. Government/DigitalGlobe/Handout via REUTERS)
Kelompok Pemberontak Houthi di Yaman yang mempunyai aliansi pada Iran di Senin (16/09/19) mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak ke dua fasilitas bahan bakar Aramco di Arab Saudi bagian timur tersebut. (U.S. Government/DigitalGlobe/Handout via REUTERS)
Menurut Presiden Iran Hassan Rouhani, serangan pesawat drone tersebut merupakan langkah timbal balik oleh "orang Yaman" terhadap sisi yang menyerang negara mereka. (U.S. Government/DigitalGlobe/Handout via REUTERS)
Sekretaris Negara Amerika Serikat Mike Pompeo, menuduh Teheran Iran atas "peluncuran serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pasokan energi dunia". Presiden AS Donald Trump berkata bahwa ia siap untuk meluncurkan serangan balasan terhadap siapapun yang berada dibalik kejadian tersebut. (Planet Labs Inc/Handout via REUTERS)
Sementara itu, Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman telah berjanji untuk "menghadapi dan menangani agresi teroris ini". Iran membantah tuduhan AS bahwa pihaknya berada di balik serangan itu. (Planet Labs Inc/Handout via REUTERS)