Protes pro-demokrasi di Hong Kong terus berlanjut setelah lebih dari tiga bulan dan mendapati perlawanan dari polisi Hong Kong setelah ribuan masyarakat turun ke jalanan karena aksi demo ditolak izinnya oleh pihak polisi pada Minggu, 15 September 2019. (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)
Berbagai aktivis tersebut ada yang berkumpul di luar Konsulat Inggris di Hong Kong sambil berteriak "satu negara, dua sistem sudah mati" dan "bebaskan Hong Kong" sebagai bentuk permohonan bagi Inggris untuk membantu pengunjuk rasa Hong Kong. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Pintu masuk ke beberapa stasiun di jaringan kereta bawah tanah, MTR, dibarikade oleh para pemrotes terutama pintu stasiun Wan Chai, pusat transportasi utama di Hong Kong setelah mereka menuduh operator kereta api membantu pemerintah untuk menangkap pengunjuk rasa. (REUTERS/Jorge Silva)
Berbagai fasilitas MRT, kantor pemerintahan, dan parlemen dihancurkan, beberapa dengan penggunaan bom api molotov dan proyektil api. Para aktivis juga membakar sebuah spanduk yang memproklamasikan peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China (RRC) yang akan terjadi pada 1 Oktober. (REUTERS/Tyrone Siu)
Pemrotes diberitakan sempat melempari polisi dengan batu bata di luar pangkalan militer China di pusat kota. Polisi kemudian mengerahkan gas air mata dan meriam air yang diberi tinta biru dengan tujuan untuk mengidentifikasi para pengunjuk rasa. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Salah satu mobil meriam air sempat terbakar setelah dilempari bom oleh para pengunjuk rasa. Beberapa orang diberitakan terluka setelah aksi protes pada hari itu. (REUTERS/Tyrone Siu)