Sejumlah pengunjuk rasa anti-pemerintah membawa besi untuk memblokade jalan saat akan melakukan demonstrasi di Tin Shui Wai, Hong Kong (14/9/2019). Mereka akan berdemonstrasi di pusat perbelanjaan di kawasan tersebut. (REUTERS / Amr Abdallah Dalsh)
Akibat blokade jalan tersebut, sejumlah pengendara haru memutar arah dan lalu lintas lumpuh di kawasan tersebut. (REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)
Sejumlah aparat keamanan berpakaian lengkap berjaga di kawasan tersebut. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Pencabutan RUU ekstradisi yang diumumkan pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, pada awal September lalu tidak mampu mengakhiri unjuk rasa besar-besaran. Justru aksi yang awalnya memprotes RUU ekstradisi yang mengizinkan ekstradisi tersangka ke China daratan, kini meluas menjadi seruan reformasi demokrasi. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Di dalam pusat perbelanjaan, demonstran bentrok dengan demonstran yang mendukung pemerintah China. Polisi dengan perisai dan helm pun kemudian bergegas ke pusat perbelanjaan untuk mengakhiri perkelahian. (REUTERS/Jorge Silva)
Pertikaian semakin panas setelah pendukung pro demokrasi mulai menyanyikan lagu protes secara mendadak. Sementara, pendukung pro Beijing telah mengadakan pertemuan untuk menyanyikan lagu kebangsaan China. (AP Photo/Kin Cheung)
Sekelompok pria bahkan mengibarkan bendera China dengan mengenakan kaos biru seraya mengatakan, "Saya suka polisi Hong Kong,". Mereka juga menyerang orang yang dianggap sebagai demonstran prodemokrasi. (REUTERS/Jorge Silva)
Sejumlah pendukung muda pro demokrasi ditahan di luar dan di dalam mall oleh polisi. (REUTERS/Jorge Silva)