
Tak ada yang Bikin Ilfeel & Sok Raja, Vietnam Emang Lebih Top
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
06 September 2019 13:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan analis angkat bicara mengenai kekesalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyinggung masalah klasik yang sampai saat ini belum bisa diselesaikan jajaran Kabinet Kerja.
Kekecewaan Jokowi berawal dari bisikan Bank Dunia yang menyebut ada sekitar 33 perusahaan yang memutuskan hengkang dari China. Namun, tidak ada satupun pengusaha yang memilih Indonesia.
Mayoritas perusahaan tersebut justru lari ke Vietnam, Malaysia, Thailand, hingga Kamboja. Indonesia, sama sekali tidak dilirik oleh para perusahaan yang hengkang dari negeri Tirai Bambu itu.
Lantas, apa sih masalah yang membuat sampai-sampai investor tak melirik Indonesia?
"Masalah inkonsistensi kebijakan. Ini buat ilfeel investor," kata Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/9/2019).
Menurut Piter, pemerintah memang dalam beberapa tahun terakhir melakukan cukup banyak kebijakan untuk menarik minat investasi. Mulai dari perbaikan perizinan, hingga bauran insentif perpajakan.
Namun, Piter tak memungkiri, masih ada hambatan yang sering kali terjadi ketika investor ingin merealisasikan komitmen investasi. Salah satu yang paling mentereng, adalah koordinasi pusat dan daerah yang terkadang tidak sinkron.
"Ini masalahnya. Sering kali ada raja yang merasa punya daerah. Saya pikir tidak cukup masalah ini diselesaikan dengan regulasi, tapi secara komprehensif," tegasnya.
"Hilangkan itu hambatan inkonsistensi kebijakan, perbaiki koordinasi pusat daerah, perbaiki tata kelola pertahanan, perbaiki kebijakan perburuhan, serta perbaiki sistem perizinan secara komprehensif," tegasnya.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan pemerintah sejatinya sudah dalam jalur yang benar dalam upaya menarik arus investasi. Namun, tak ada salahnya Indonesia belajar dari negara-negara seperti Vietnam.
"Dan yang pasti harus ada sinkronisasi kebijakan antara pusat dengan daerah dengan daerah yang semakin diperkuat," kata Myrdal.
(dru) Next Article Masalah Lahan Hingga Izin Ribet Bikin RI Tak Dilirik Investor
Kekecewaan Jokowi berawal dari bisikan Bank Dunia yang menyebut ada sekitar 33 perusahaan yang memutuskan hengkang dari China. Namun, tidak ada satupun pengusaha yang memilih Indonesia.
Mayoritas perusahaan tersebut justru lari ke Vietnam, Malaysia, Thailand, hingga Kamboja. Indonesia, sama sekali tidak dilirik oleh para perusahaan yang hengkang dari negeri Tirai Bambu itu.
"Masalah inkonsistensi kebijakan. Ini buat ilfeel investor," kata Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/9/2019).
Menurut Piter, pemerintah memang dalam beberapa tahun terakhir melakukan cukup banyak kebijakan untuk menarik minat investasi. Mulai dari perbaikan perizinan, hingga bauran insentif perpajakan.
Namun, Piter tak memungkiri, masih ada hambatan yang sering kali terjadi ketika investor ingin merealisasikan komitmen investasi. Salah satu yang paling mentereng, adalah koordinasi pusat dan daerah yang terkadang tidak sinkron.
"Ini masalahnya. Sering kali ada raja yang merasa punya daerah. Saya pikir tidak cukup masalah ini diselesaikan dengan regulasi, tapi secara komprehensif," tegasnya.
"Hilangkan itu hambatan inkonsistensi kebijakan, perbaiki koordinasi pusat daerah, perbaiki tata kelola pertahanan, perbaiki kebijakan perburuhan, serta perbaiki sistem perizinan secara komprehensif," tegasnya.
Ekonom Maybank Myrdal Gunarto mengatakan pemerintah sejatinya sudah dalam jalur yang benar dalam upaya menarik arus investasi. Namun, tak ada salahnya Indonesia belajar dari negara-negara seperti Vietnam.
"Dan yang pasti harus ada sinkronisasi kebijakan antara pusat dengan daerah dengan daerah yang semakin diperkuat," kata Myrdal.
(dru) Next Article Masalah Lahan Hingga Izin Ribet Bikin RI Tak Dilirik Investor
Most Popular