
Tanah di Vietnam Gratis, Buruhnya Produktif & Tak Neko-Neko
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
06 September 2019 06:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia melaporkan dari aksi relokasi industri dari China ke negara-negara lain, Vietnam jadi juaranya. Relokasi pabrik dari China ke Vietnam sudah mencapai 23 pabrik dari 33 relokasi pabrik China yang sudah terjadi. Sedangkan relokasi pabrik dari China ke Indonesia tak ada sama sekali semenjak perang dagang AS-China.
Presiden Jokowi kecewa berat, karena Indonesia tak bisa memanfaatkan peluang dari dampak perang dagang. Jokowi menyoroti soal perizinan yang lebih cepat di negara lain. Jokowi bilang bila investor mau pindah ke Vietnam hanya butuh 2 bulan, sedangkan di Indonesia sampai bertahun-tahun.
Kondisi ini ditanggapi oleh pengusaha. Director of Business Development Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAPLAS) Budi Susanto Sadiman, salah satu yang pernah ke Vietnam, tahu betul kondisi iklim investasi di Negeri Paman Ho tersebut.
"Kalau ngomong investasi, itu di sana (Vietnam) gratis, disewa. Mereka nggak usah membeli tanah. Sekian tahun bisa diperpanjang. Yang kedua, produksi tenaga kerjanya lebih tinggi," katanya di Jakarta, Rabu (4/9)
Kondisi demikian membuat investor sangat tertarik termasuk dari China, yang secara geografis lebih dekat dengan Vietnam.Saat perang dagang AS, China memang harus merelokasi pabrik ke luar karena ada proteksi perdagangan oleh AS.
Budi juga mengatakan saat China pertumbuhannya sudah stagnan, ditambah ada perang dagang, maka pilihannya antara relokasi ke Indonesia atau Vietnam. Namun, yang terjadi Vietnam jadi pilihan karena alasan-alasan mendasar.
"China pilih Vietnam karena dekat, bisa pulang kampung bagi yang kerja. Tapi mereka lupa, Vietnam itu setiap tahun perang dengan China. Indonesia yang menjadi kendala adalah situasi politik, yang dihembuskan adalah China, China, China, nah itu berat," kata Budi.
Budi menggarisbawahi bahwa proses perizinan di Indonesia belum merata terutama di daerah. Masalah ini juga menjadi catatan Bank Dunia saat memberikan masukan ke pemerintah belum lama ini.
"Daya saing kita oke, tinggal kemudahan-kemudahan (perizinan) di daerah. Daerah welcome welcome, tapi nanti dipersulit. Ada (daerah) yang bagus, tapi ada yang dipersulit," katanya.
Sementara itu, Ketua Komite bidang Kerjasama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo juga mengakui kelebihan yang dimiliki Vietnam dan Kamboja sampai Malaysia sehingga pengusaha China mau berinvestasi atau merelokasi perusahaannya di sana yaitu stabilitas keamanan.
"Di situ nggak mungkin ada demonstrasi. Jadi itu stabil. Lalu produktivitas mereka lebih tinggi dari kita," ucapnya.
Vietnam juga punya kerja sama perdagangan bebas dengan negara-negara maju, kondisi ini menjadi magnet yang kuat bagi investor untuk memproduksi barang di Vietnam, lalu menjualnya ke negara tujuan ekspor dengan bebas tarif impor.
(hoi/hoi) Next Article Maaf Pak Jokowi! di Vietnam Tanah Gratis, Buruh Produktif
Presiden Jokowi kecewa berat, karena Indonesia tak bisa memanfaatkan peluang dari dampak perang dagang. Jokowi menyoroti soal perizinan yang lebih cepat di negara lain. Jokowi bilang bila investor mau pindah ke Vietnam hanya butuh 2 bulan, sedangkan di Indonesia sampai bertahun-tahun.
Kondisi ini ditanggapi oleh pengusaha. Director of Business Development Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (INAPLAS) Budi Susanto Sadiman, salah satu yang pernah ke Vietnam, tahu betul kondisi iklim investasi di Negeri Paman Ho tersebut.
Kondisi demikian membuat investor sangat tertarik termasuk dari China, yang secara geografis lebih dekat dengan Vietnam.Saat perang dagang AS, China memang harus merelokasi pabrik ke luar karena ada proteksi perdagangan oleh AS.
Budi juga mengatakan saat China pertumbuhannya sudah stagnan, ditambah ada perang dagang, maka pilihannya antara relokasi ke Indonesia atau Vietnam. Namun, yang terjadi Vietnam jadi pilihan karena alasan-alasan mendasar.
"China pilih Vietnam karena dekat, bisa pulang kampung bagi yang kerja. Tapi mereka lupa, Vietnam itu setiap tahun perang dengan China. Indonesia yang menjadi kendala adalah situasi politik, yang dihembuskan adalah China, China, China, nah itu berat," kata Budi.
Budi menggarisbawahi bahwa proses perizinan di Indonesia belum merata terutama di daerah. Masalah ini juga menjadi catatan Bank Dunia saat memberikan masukan ke pemerintah belum lama ini.
"Daya saing kita oke, tinggal kemudahan-kemudahan (perizinan) di daerah. Daerah welcome welcome, tapi nanti dipersulit. Ada (daerah) yang bagus, tapi ada yang dipersulit," katanya.
Sementara itu, Ketua Komite bidang Kerjasama Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam Kadin Indonesia Juan Gondokusumo juga mengakui kelebihan yang dimiliki Vietnam dan Kamboja sampai Malaysia sehingga pengusaha China mau berinvestasi atau merelokasi perusahaannya di sana yaitu stabilitas keamanan.
"Di situ nggak mungkin ada demonstrasi. Jadi itu stabil. Lalu produktivitas mereka lebih tinggi dari kita," ucapnya.
Vietnam juga punya kerja sama perdagangan bebas dengan negara-negara maju, kondisi ini menjadi magnet yang kuat bagi investor untuk memproduksi barang di Vietnam, lalu menjualnya ke negara tujuan ekspor dengan bebas tarif impor.
(hoi/hoi) Next Article Maaf Pak Jokowi! di Vietnam Tanah Gratis, Buruh Produktif
Most Popular