Pembangunan smelter Freeport dengan menggunakan lahan sewa di Kawasan Industri Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), yang dimiliki oleh Pelindo III dan PT AKR Corporindo Tbk. di Manyar, Gresik, Jawa Timur. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Di atas lahan seluas 100 hektar, smelter atau pabrik pemurnian tambang ini dibangun. Pekerjaan saat ini adalah pemadatan tanah. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Pantaun CNBC Indonesia, terlihat hamparan luas lahan yang tengah dipersiapkan untuk smelter yang rencananya bakal memiliki kapasitas pengolahan 2 juta ton konsentrat per tahun. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
"Ini merupakan smelter terbesar di dunia yang dibangun dalam 2 tahun terakhir. Ini akan mengguncang dunia, karena nanti pasokan konsentrat kami akan dipasok ke smelter ini," kata Presdir Freeport Indonesia, Tony Wenas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Anggaran yang dibutuhkan untuk membangun smelter ini cukup besar, yaitu US$ 3 miliar atau sekitar Rp 42 triliun. Hingga saat ini, Freeport sudah mengeluarkan kocek sekitar US$ 150 juta untuk persiapan pembangunan smelter ini, mulai dari desain, pembayaran sewa lahan, hingga pemadatan tanah. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Biaya sewa lahan juga sudah dibayar oleh Freeport kepada pengelola JIIPE selama 5 tahun. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Pembangunan smelter baru Freeport di Gresik akan menelan US$ 3 miliar atau Rp 42 triliun. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Uang ini didapat Freeport dari berutang, alias mendapatkan kredit dari 11 bank. Wakil Presiden Direktur Freeport, Orias Petrus Moedak, mengatakan pada September 2019 nanti penandatanganan utang ini akan dilakukan, sehingga proyek bisa terus berjalan. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Tony Wenas mengatakan, Freeport Indonesia selama ini adalah perusahaan yang tidak memiliki utang, alias zero debt. "Jadi ini merupakan utang perdana kita, demi smelter," kata Tony. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Menurut data Freeport yang disampaikan Tony, dengan adanya smelter setoran Freeport ke pemerintah akan turun. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)