8 Gempa di Jawa-Bali Dalam 10 Hari, Ini Prediksi BMKG

Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
13 August 2019 11:07
Terdapat delapan gempa bumi di Busur Subduksi Sunda.
Foto: Rumah rusak akibat gempa bumi di Pandeglang, Banten, (3/8/2019). (Antara Foto/Asep Fathulrahman/ via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperoleh pertanyaan dari masyarakat terkait potensi gempa bumi dengan magnitudo yang lebih besar yang berpotensi terjadi di waktu mendatang.

Berdasarkan data, terdapat delapan gempa bumi di Busur Subduksi Sunda, mulai dari gempa di selatan Banten dengan kekuatan M 6,9 pada 2 Agustus 2019 hingga gempa di selatan Bali dan Banyuwangi dengan kekuatan M 4,9 pada 12 Agustus 2019.

Lantas, apakah aktivitas kegempaan ini merupakan gempa pendahuluan (foreshock) untuk gempa yang lebih besar.

"Tentu saja sangat sulit untuk menjawab pertanyaan semacam ini. Namun demikian, hasil monitoring BMKG memang menunjukkan adanya klaster yang mencolok terkait adanya peningkatan aktivitas seismik, yaitu: (1) Zona selatan Bali dan Banyuwangi, (2) Zona Cilacap dan Pangandaran, dan (3) Selat Sunda," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, seperti dikutip dari detikcom, Selasa (13/8/2019).

BMKG menyatakan akan terus memonitor aktivitas seismik yang terjadi khususnya di tiga zona tersebut dan segera menginformasikan hasilnya kepada masyarakat.

"Fakta ini dapat kita lihat sebelum peristiwa gempa Aceh 2004, gempa Tohuku 2011, dan Gempa Cile 2014. Semua gempa besar ini didahului oleh serangkaian gempa pendahuluan," ujar Daryono.



Dia mengatakan gempa pendahuluan memiliki dua karakteristik. Karakteristik pertama adalah gempa pendahuluan biasanya terjadi di zona dengan nilai 'B-value' rendah artinya di zona itu masih menyimpan tegangan yang tinggi, yang berpotensi terjadi gempa besar. Kedua, di zona tersebut ada fenomena migrasi percepatan titik hiposenter yang semakin cepat menuju titik inisiasi lokasi estimasi gempa utama.

"Selain itu, juga teridentifikasi adanya 'repeating earthquakes'. Cirinya gempa ini berulang-ulang dan terjadi di segmen tersebut. Secara sederhananya, ini menunjukkan ada sebuah proses yang semakin lama semakin intensif sebelum muncul gempa utamanya (mainshock). Aktivitas ini mirip kalau kita mau mematahkan kayu, perlahan-lahan ada retakan-retakan kecil sebelum benar-benar terpatahkan," kata dia.

Namun, Daryono mengatakan fenomena ini belum dapat disimpulkan sebagai gempa pendahuluan. Ia mengatakan data aktivitas gempa yang terjadi belum cukup untuk disimpulkan. BMKG akan terus memonitor dengan memfokuskan di zona-zona yang diduga aktif tersebut dan akan terus mengamati polanya secara spasial dan temporal.

"Satu hal yang penting diingat bahwa tidak semua klaster aktif akan berujung kepada terjadinya gempa besar, meskipun setiap gempa besar selalu didahului oleh serangkaian aktivitas gempa pendahuluan," tuturnya.

Berikut rentetan aktivitas kegempaan di Busur Subduksi Sunda:

1. 2 Agustus 2019 Gempa Selatan Banten M 6,9
2. 3 Agustus 2019 Gempa Sukabumi M 4,4
3. 9 Agustus 2019 Gempa Sumba M 4,3
4. 10 Agustus 2019 Gempa Tasikmalaya dan Pangandaran M 4,0
5. 10 Agustus 2019 Gempa Tasikmalaya dan Pangandaran M 5,1
6. 11 Agustus 2019 Gempa Pariaman M 5,2
7. 11 Agustus 2019 Gempa Selatan Selat Sunda M 5,1.
8. 12 Agustus 2019 Gempa Selatan Bali dan Banyuwangi M 4,9

[Gambas:Video CNBC]


(miq/miq) Next Article Detik-Detik Mencekam Gempa Banten M 6,9

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular