Program OBOR China Diklaim Bisa Tarik Investasi Rp 70 Ribu T

Wangi Sinintya & Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 July 2019 14:25
Demikian disampaikan Chairman Star Media Group (SMG) Datuk Fu Ah Kiow dalam sambutan di Forum Bisnis Malaysia-China di Petaling Jaya.
Foto: Suasana di salah satu industri di China, beberapa waktu lalu (Chinatopix via AP)
Petaling Jaya, CNBC Indonesia - Nilai investasi dalam program Pemerintah China, yaitu One Beal One Road (OBOR) atau yang kini disebut Belt and Road Initiative (BRI), diperkirakan akan meningkat empat hingga lima kali lipat dari nilai awal US$ 1 triliun (Rp 14 ribu triliun) pada 2013 menjadi US$ 4 triliun (Rp 56 ribu triliun) hingga US$ 5 triliun (Rp 80 ribu triliun) pada tahun ini.

Demikian disampaikan Chairman Star Media Group (SMG) Datuk Fu Ah Kiow dalam sambutan di Forum Bisnis Malaysia-China di Petaling Jaya, Malaysia, Senin (8/7/2019).

"Pasar China yang luas telah memberikan peluang luar biasa dalam perdagangan, investasi, dan bisnis. Reformasi ekonomi yang semakin dalam dan yang semakin terbuka, ditambah dengan program BRI dan kebijakan globalisasi, telah membuka peluang investasi baru dan mendorong munculnya zona perdagangan baru, terutama di sepanjang rute BRI," ujar Fu.

"Dalam sebuah laporan penelitian internasional baru-baru ini, dikatakan bahwa program-program BRI dapat menarik investasi dari China dan global senilai US$ 4 hingga US$ 5 triliun (Rp 56 ribu-Rp 70 ribu triliun), jauh lebih tinggi dari perkiraan awal US$ 1 triliun (Rp 14 triliun) ketika BRI diluncurkan pada 2013 oleh Presiden China Xi Jinping," lanjutnya.
Foto: Pertemuan bilateral antara Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan Presiden China Xi Jinping di Beijing (Andrea Verdelli/Pool via REUTERS)

Selain Malaysia, Indonesia juga telah terlibat dalam proyek BRI dengan China. Pada 27 April 2019 lalu baru saja dilakukan penandatanganan 23 Memorandum of Understanding (MoU) antara sejumlah pebisnis Indonesia dan China dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) II BRI di Beijing.

Mengutip CNN Indonesia, BRI merupakan program yang diinisiasi Xi Jinping pada 2013 lalu. Program itu bertujuan membangun infrastruktur darat, laut, dan udara secara besar-besaran untuk meningkatkan dan memperbaiki jalur perdagangan dan ekonomi antar negara di Asia dan sekitarnya.

Kelebihan program ini adalah menyediakan dana yang besar bagi anggota. China bahkan dikabarkan menggelontorkan dana sebesar US$150 miliar atau setara Rp 2.137,6 triliun per tahun. Dana itu bisa dipinjam negara peserta program tersebut untuk membangun infrastruktur mereka.

Menurut konsultan properti Knight Frank, pasar properti Malaysia mencatat aliran masuk modal China sebesar US$ 43,8 miliar dalam 10 tahun terakhir.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad juga mengatakan Malaysia akan terus mendapat manfaat dalam investasi dan perdagangan, serta pariwisata, yang dibawa oleh BRI dan kedekatan hubungan bilateralnya dengan China. Sebelumnya pada bulan April, Malaysia menghidupkan kembali proyek East Coast Rail Link (ECRL) dan proyek Bandar Malaysia.

Mengutip The Star, China telah menjadi mitra dagang utama Malaysia selama sepuluh tahun terakhir. Buktinya, nilai perdagangan bilateral mereka telah melampaui US$ 100 miliar tahun lalu. Demikian data Pemerintah China yang menghitung ekspor Malaysia melalui Hong Kong dan Singapura.

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menjadi sumber penting investasi asing langsung (FDI) bagi Malaysia. Data menunjukkan China telah mencatatkan FDI terbesar di sektor manufakturnya selama tiga tahun berturut-turut, menciptakan sekitar 73.500 lapangan kerja untuk Malaysia.

Sementara itu, untuk Indonesia, BRI sudah sangat membantu dalam membangun sejumlah proyek, di antaranya adalah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, proyek PLTA Sungai Klayan, dan pembangunan kawasan industri Tanah Kuning. Pendanaan proyek-proyek tersebut dilakukan dengan skema business to business atau B to B.
Foto: Infografis/Capai 350km/jam, ini spesifikasinya Kereta Cepat jakarta-bandung/Aristya Rahadian Krisabella

Tidak ada pemenang
Dalam forum yang sama, Duta Besar China untuk Malaysia Bai Tian mengatakan, perang dagang antara China-AS tidak akan menghasilkan pemenang. Namun, ada secercah harapan karena para pemimpin kedua negara telah mencapai sejumlah kesepakatan saat bertemu di sela-sela KTT G-20, Jepang, beberapa waktu lalu.

"Kami mengharapkan solusi yang saling menguntungkan melalui dialog dan diskusi yang pada akhirnya akan menguntungkan pasar global," ujarnya sambil menambahkan hubungan China-AS stabil dan sehat sesuai dengan kepentingan kedua negara dan juga dunia.

Dia menambahkan ada potensi dan prospek besar untuk kerja sama antara China dan Malaysia dalam kerangka kerja BRI. Bai Tian pun menilai Pemerintah Malaysia berkomitmen melakukan transformasi demi mencapai target pertumbuhan ekonomi.

"Kami menyambut partisipasi Malaysia dalam kerja sama BRI dengan cara yang lebih dalam dan lebih komprehensif," katanya.

(miq/miq) Next Article China Buka Negosiasi Soal Sengketa Proyek dengan Malaysia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular