
Ternyata Insinyur Boeing Outsourcing & Bergaji Murah
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
01 July 2019 21:50

Jakarta, CNBC Indonesia- Boeing diketahui telah mempekerjakan karyawan outsourcing berbiaya murah untuk mengembangkan perangkat lunak. Persoalan ini mencuat di tengah misteri krisis 737 MAX yang diduga terkandung kesalahan perangkat lunak yang mengarah pada kecelakaan yang mematikan.
Bloomberg melaporkan bahwa para insinyur Boeing terdahulu mengatakan bahwa perusahaan ini melakukan outsourcing pekerjaan kepada kontraktor yang dibayar lebih rendah.
Perangkat lunak seri MAX terganggu oleh masalah yang bisa membuat pesawat ditangguhkan berbulan-bulan dan mungkin bertambah lama setelah regulator AS minggu ini mengungkapkan kelemahan baru.
Perangkat lunak ini dikembangkan pada saat Boeing memberhentikan insinyur yang berpengalaman dan menekan pemasok demi menekan biaya.
Ditambah lagi, pembuat pesawat Amerika ini telah mengandalkan pekerja sementara yang hanya dibayar US $ 9 per jam untuk mengembangkan dan menguji perangkat lunak. Pekerja tersebut kerap kali dari negara-negara yang tidak memiliki latar belakang yang mendalam soal penerbangan, terutama India.
"Di kantor-kantor selain Boeing Field Seattle, lulusan perguruan tinggi baru-baru ini dipekerjakan oleh pengembang perangkat lunak India HCL Technologies Ltd. untuk mengerjakan beberapa macam pekerjaan," kata Mark Rabin, mantan insinyur perangkat lunak Boeing yang bekerja dalam kelompok uji terbang yang mendukung seri MAX.
"Insinyur IT dari HCL biasanya merancang spesifikasi yang ditetapkan oleh Boeing. Namun, itu kontroversial karena jauh lebih efisien daripada insinyur Boeing yang hanya membuat kode (software). Seringkali, butuh banyak pengecekan karena kode itu tidak dilakukan dengan benar," ujar Mark.
Pengembangan Boeing terhadap perusahaan India tampaknya membayar dividen lain. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah memenangkan beberapa pesanan untuk pesawat militer dan komersial India, seperti US $ 22 miliar pada Januari 2017 untuk memasok SpiceJet Ltd. Pesanan itu termasuk 100 737-MAX 8 dan mewakili pesanan terbesar Boeing dari maskapai penerbangan India. Hal ini mengkudeta dominasi Airbus sebelumnya.
Berdasarkan resume yang diposting di media sosial, insinyur HCL membantu mengembangkan dan menguji perangkat lunak tampilan penerbangan Max, sementara karyawan dari perusahaan India lainnya, Cyient Ltd., menangani perangkat lunak untuk peralatan uji penerbangan.
Penundaan yang Merugikan
Seorang karyawan HCL meringkas tugasnya dengan mengacu pada model 737-MAX : "Memberikan solusi cepat untuk menyelesaikan masalah produksi yang mengakibatkan tidak menunda uji terbang 737-MAX (keterlambatan dalam setiap tes penerbangan akan menelan biaya sangat besar untuk Boeing)."
Namun, Boeing mengatakan perusahaan itu tidak mengandalkan insinyur dari HCL dan Cyient untuk Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, yang telah dikaitkan dengan kecelakaan Lion Air Oktober 2018 dan bencana Ethiopian Airlines pada Maret 2019.
Pembuat pesawat di Chicago juga mengatakan tidak bergantung pada salah satu perusahaan untuk masalah perangkat lunak lain yang diungkapkan setelah kecelakaan.
"Boeing memiliki pengalaman puluhan tahun bekerja dengan pemasok/mitra di seluruh dunia," kata juru bicara perusahaan. "Fokus utama kami adalah selalu memastikan bahwa produk dan layanan kami aman, dengan kualitas terbaik dan mematuhi semua peraturan yang berlaku."
Dalam sebuah pernyataan, HCL mengatakan "memiliki hubungan bisnis yang kuat dan lama dengan The Boeing Company, dan kami bangga dengan pekerjaan yang kami lakukan untuk semua pelanggan kami. Namun, HCL tidak mengomentari pekerjaan tertentu yang kami lakukan untuk pelanggan kami. HCL tidak terkait dengan masalah yang sedang berlangsung dengan 737 Max."
(dob/dob) Next Article 3 Bulan Rugi Rp 9,6 T, Boeing akan Pangkas Karyawan
Bloomberg melaporkan bahwa para insinyur Boeing terdahulu mengatakan bahwa perusahaan ini melakukan outsourcing pekerjaan kepada kontraktor yang dibayar lebih rendah.
Perangkat lunak seri MAX terganggu oleh masalah yang bisa membuat pesawat ditangguhkan berbulan-bulan dan mungkin bertambah lama setelah regulator AS minggu ini mengungkapkan kelemahan baru.
Ditambah lagi, pembuat pesawat Amerika ini telah mengandalkan pekerja sementara yang hanya dibayar US $ 9 per jam untuk mengembangkan dan menguji perangkat lunak. Pekerja tersebut kerap kali dari negara-negara yang tidak memiliki latar belakang yang mendalam soal penerbangan, terutama India.
"Di kantor-kantor selain Boeing Field Seattle, lulusan perguruan tinggi baru-baru ini dipekerjakan oleh pengembang perangkat lunak India HCL Technologies Ltd. untuk mengerjakan beberapa macam pekerjaan," kata Mark Rabin, mantan insinyur perangkat lunak Boeing yang bekerja dalam kelompok uji terbang yang mendukung seri MAX.
"Insinyur IT dari HCL biasanya merancang spesifikasi yang ditetapkan oleh Boeing. Namun, itu kontroversial karena jauh lebih efisien daripada insinyur Boeing yang hanya membuat kode (software). Seringkali, butuh banyak pengecekan karena kode itu tidak dilakukan dengan benar," ujar Mark.
Pengembangan Boeing terhadap perusahaan India tampaknya membayar dividen lain. Dalam beberapa tahun terakhir, mereka telah memenangkan beberapa pesanan untuk pesawat militer dan komersial India, seperti US $ 22 miliar pada Januari 2017 untuk memasok SpiceJet Ltd. Pesanan itu termasuk 100 737-MAX 8 dan mewakili pesanan terbesar Boeing dari maskapai penerbangan India. Hal ini mengkudeta dominasi Airbus sebelumnya.
Berdasarkan resume yang diposting di media sosial, insinyur HCL membantu mengembangkan dan menguji perangkat lunak tampilan penerbangan Max, sementara karyawan dari perusahaan India lainnya, Cyient Ltd., menangani perangkat lunak untuk peralatan uji penerbangan.
Penundaan yang Merugikan
Seorang karyawan HCL meringkas tugasnya dengan mengacu pada model 737-MAX : "Memberikan solusi cepat untuk menyelesaikan masalah produksi yang mengakibatkan tidak menunda uji terbang 737-MAX (keterlambatan dalam setiap tes penerbangan akan menelan biaya sangat besar untuk Boeing)."
Namun, Boeing mengatakan perusahaan itu tidak mengandalkan insinyur dari HCL dan Cyient untuk Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, yang telah dikaitkan dengan kecelakaan Lion Air Oktober 2018 dan bencana Ethiopian Airlines pada Maret 2019.
Pembuat pesawat di Chicago juga mengatakan tidak bergantung pada salah satu perusahaan untuk masalah perangkat lunak lain yang diungkapkan setelah kecelakaan.
"Boeing memiliki pengalaman puluhan tahun bekerja dengan pemasok/mitra di seluruh dunia," kata juru bicara perusahaan. "Fokus utama kami adalah selalu memastikan bahwa produk dan layanan kami aman, dengan kualitas terbaik dan mematuhi semua peraturan yang berlaku."
Dalam sebuah pernyataan, HCL mengatakan "memiliki hubungan bisnis yang kuat dan lama dengan The Boeing Company, dan kami bangga dengan pekerjaan yang kami lakukan untuk semua pelanggan kami. Namun, HCL tidak mengomentari pekerjaan tertentu yang kami lakukan untuk pelanggan kami. HCL tidak terkait dengan masalah yang sedang berlangsung dengan 737 Max."
(dob/dob) Next Article 3 Bulan Rugi Rp 9,6 T, Boeing akan Pangkas Karyawan
Most Popular