Petugas kepolisian menembakkan gas air mata pada pengunjuk rasa saat demonstrasi menentang usulan RUU ekstradisi berlangsung di Hong Kong, Rabu (12/6/2019). Gas air mata ditembakkan untuk membubarkan massa yang sedang berdemo. (REUTERS/ Athit Perawongmetha)
Demonstrasi bersar-besaran itu sudah berlangsung sejak akhir pekan lalu. Aksi yang mulanya berjalan damai itu kini berubah menjadi ricuh. (REUTERS/Tyrone Siu)
Sejumlah pengunjuk rasa yang terkena gas air mata memilih mundur dan menyelamatkan diri. (REUTERS/Tyrone Siu)
Masaa banyak yang berlarian karena hempasan gas air mata yang menyerangnya. (REUTERS/Tyrone Siu)
Namun, tak semua berlariam akibat gas air mata tersebut, sebagian bertahan dengan menghalau tembakan gas air mata menggunakan barang-barang yang ada di sekitarnya. (REUTERS/James Pomfret)
Ada juga salah satu peserta aksi yang berusaha meredakan ketegangan antara kedua belah pihak. (REUTERS/Tyrone Siu)
Meski terjadi kericuhan, para demonstran menyatakan akan tetap bertahan sampai pemerintah membatalkan pembahasan RUU kontroversial itu. Bila disahkan, aturan itu akan dapat mengirimkan tersangka dari Hong Kong untuk diadili di China. (REUTERS/Tyrone Siu)
Warga Hong Kong cemas hal itu akan merugikan hak-hak mereka selain sebagai bukti penyerahan otonomi Hong Kong kepada Negeri Tirai Bambu. (REUTERS/Tyrone Siu)
Para pemrotes memblokir jalan-jalan ke arah gedung parlemen dan menuntut pemerintah membatalkan pembahasan RUU Ekstradisi di hari ketiga unjuk rasa tersebut. (REUTERS/Tyrone Siu)
Aksi ini melumpuhkan Hong Kong yang membuat ruas-ruas jalan utama terblokir. Dari para pendemo ini kebanyakan adalah kaum muda dan mahasiswa yang berpakaian serba hitam. Mereka mengepung gedung-gedung pemerintahan termasuk gedung Dewan Legislatif Hong Kong. (REUTERS/Tyrone Siu)
Otoritas Hong Kong menunda pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) ekstradisi yang kontroversial dan diprotes banyak warganya. Penundaan diputuskan setelah puluhan ribu demonstran yang menolak RUU yang mengizinkan ekstradisi ke China itu, kembali turun ke jalan hingga melumpuhkan Hong Kong. (REUTERS/Athit Perawongmetha)