Polisi di Kazakhstan pada Minggu (09/06/2019) menahan sekitar 500 orang setelah membubarkan massa yang memprotes hasil pemilihan presiden yang dinilai tidak kompetitif. Hasil pemilihan tersebut menetapkan Kassym-Jomart Tokayev sebagai pengganti pemimpin veteran, Nursultan Nazarbayev yang mengundurkan diri. (REUTERS/Mariya Gordeyeva)
Dalam pemilu presiden yang berlangsung lebih cepat dari perkiraan semula, Tokayev mendapatkan sekitar 70% suara dari kurang lebih 12 juta pemilih terdaftar Kazakhstan. Tokayev sendiri merupakan mantan perdana menteri yang satu-satunya yang dikenal di antara tujuh kandidat dalam kampanye yang berlangsung singkat. (REUTERS/Pavel Mikheyev)
Banyak orang yang melakukan aksi protes menuding pemilihan presiden kali ini, berlangsung tidak adil dan merupakan bentuk penipuan demokrasi di negara itu. Tak sedikit yang menilai bahwa melalui pemilihan kali ini, Tokayev akan menang dengan mudah. (REUTERS/Mariya Gordeyeva)
Aksi ini berujung bentrok dan ratusan demonstran di Lapangan Astana di kota Almaty ditangkap saat mereka berteriak memboikot pemilu presiden yang diikuti oleh enam calon presiden yang sudah disetujui pemerintah itu. (REUTERS/Pavel Mikheyev)
Menurut Wakil Menteri Dalam Negeri Marat Qazhaev, sekitar 500 “elemen berpandangan radikal” ditangkap di Almaty dan di ibu kota karena melangsungkan “demonstrasi tanpa izin.” Penangkapan ini dilakukan untuk menegakkan aturan dan ketertiban. (REUTERS/Mariya Gordeyeva)