
Sempat Rugi, Ini 3 'Kuncian' PLN Bisa Cetak Laba Rp 11,6 T
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
30 May 2019 12:09

Jakarta, CNBC Indonesia- PT PLN (Persero) mencatatkan laba bersih tahun 2018 sebesar Rp 11,6 triliun atau tumbuh 162% ketimbang laba bersih tahun sebelumnya. Adapun laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 4,42 triliun.
Pencatatan laba ini tentu mengejutkan, sebab di kuartal III-2018 perusahaan setrum negara ini sempat menyebut rugi hingga Rp 18 triliun akibat perubahan kurs.
Dilihat dari laporan keuangannya, laba yang dicetak PLN di 2018 memang banyak campur tangan dari pemerintah. Sehingga keuangan perusahaan ini bisa 'selamat'.
Diselamatkan Pemerintah:
Khasiat laba bersih perusahaan ini berhasil meroket karena tahun lalu PLN menerima tambahan pemasukan yang tercatat di pos pendapatan kompensasi dan pos penghasilan lainnya.
Pendapatan kompensasi senilai Rp 23,17 triliun terkait penggantian biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik beberapa golongan pelanggan yang tarif penjualan tenaga listriknya lebih rendah, di mana selisih tersebut belum diperhitungkan dalam perolehan subsidi pemerintah.
Pendapatan kompensasi ini bisa dibilang baru, sebelumnya hal ini tidak ada di laporan keuangan PLN.
Selanjutnya adalah efisiensi yang dilakukan perusahaan, termasuk dari adanya kebijkaan DMO batu bara pemerintah.
"Yang paling besar itu faktornya karena ada DMO itu," ujar Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto saat dijumpai di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Plt Direktur Utama PLN Djoko Abumanan menambahkan, meroketnya laba PLN juga disebabkan adanya piutang dari PT PGN kurang lebih sebesar Rp 6 triliun.
"PGN kan sudah mengakui itu piutang, dan sudah dicicil bayarnya. Sekitar Rp 6 triliun-an lah," kata Djoko.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga telah meminta agar perusahaan tidak perlu memberikan dividen dari laba bersih tersebut. Djoko tidak menyebut berapa besarannya, namun ia mengaku tengah meminta kepada pemerintah supaya seluruh dividennya dialokasikan sebagai laba ditahan untuk investasi.
"PLN setiap tahun investasi hampir Rp 100 triliun. Kami punya utang itu masih harus nambah utang lagi, tapi tetap pakai modal sendiri. Jadi kami minta itu (laba) bisa dipakai untuk investasi. Masih banyak yang harus diperbaiki," pungkas Djoko.
(gus) Next Article Anjlok 62%, PLN Raup Laba Rp 4,32 T di 2019
Pencatatan laba ini tentu mengejutkan, sebab di kuartal III-2018 perusahaan setrum negara ini sempat menyebut rugi hingga Rp 18 triliun akibat perubahan kurs.
Diselamatkan Pemerintah:
Khasiat laba bersih perusahaan ini berhasil meroket karena tahun lalu PLN menerima tambahan pemasukan yang tercatat di pos pendapatan kompensasi dan pos penghasilan lainnya.
Pendapatan kompensasi senilai Rp 23,17 triliun terkait penggantian biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik beberapa golongan pelanggan yang tarif penjualan tenaga listriknya lebih rendah, di mana selisih tersebut belum diperhitungkan dalam perolehan subsidi pemerintah.
Pendapatan kompensasi ini bisa dibilang baru, sebelumnya hal ini tidak ada di laporan keuangan PLN.
Selanjutnya adalah efisiensi yang dilakukan perusahaan, termasuk dari adanya kebijkaan DMO batu bara pemerintah.
"Yang paling besar itu faktornya karena ada DMO itu," ujar Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto saat dijumpai di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (29/5/2019).
Plt Direktur Utama PLN Djoko Abumanan menambahkan, meroketnya laba PLN juga disebabkan adanya piutang dari PT PGN kurang lebih sebesar Rp 6 triliun.
"PGN kan sudah mengakui itu piutang, dan sudah dicicil bayarnya. Sekitar Rp 6 triliun-an lah," kata Djoko.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga telah meminta agar perusahaan tidak perlu memberikan dividen dari laba bersih tersebut. Djoko tidak menyebut berapa besarannya, namun ia mengaku tengah meminta kepada pemerintah supaya seluruh dividennya dialokasikan sebagai laba ditahan untuk investasi.
"PLN setiap tahun investasi hampir Rp 100 triliun. Kami punya utang itu masih harus nambah utang lagi, tapi tetap pakai modal sendiri. Jadi kami minta itu (laba) bisa dipakai untuk investasi. Masih banyak yang harus diperbaiki," pungkas Djoko.
(gus) Next Article Anjlok 62%, PLN Raup Laba Rp 4,32 T di 2019
Most Popular